Wapres Minta Penanganan HIV/AIDS Lebih Sinergis

oleh
oleh

Wakil Presiden Boediono meminta penanganan HIV/AIDS oleh sejumlah komponen dapat dilakukan secara lebih sinergi, karena makin meningkatnya kasus penyakit mematikan itu di tanah air selama beberapa tahun terakhir ini . <p style="text-align: justify;">"Saya prihatin dengan tingginya angka pengidap HIV/AIDS di Indonesia. Kita semua harus mawas diri, mengapa ini bisa terjadi," katanya, saat memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-46 dan Puncak Hari AIDS se-Dunia di Jakarta, Jumat (03/12/2010).<br /><br />Wapres mengatakan, peningkatan jumlah pengidap HIV/AIDS yang terus terjadi tersebut harus menjadi perhatian serius semua pihak termasuk instansi yang bertanggung jawab terhadap masalah tersebut, apalagi dalam lima tahun mendatang Indonesia juga dituntut untuk dapat menuntaskan delapan program sasaran pembangunan milenium (MDG`s).<br /><br />"Kita harus pikirkan bagaimana kita membalikkan trend peningkatan jumlah pengidap HIV/AIDS ini, dalam empat hingga lima tahun mendatang. Kita harus benar-benar memikirkan, bagaimana menurunkan angka tersbeut, karena ini masalah nasional. Semua bidang kesehatan dan penyakit kita perhatikan dan tangani, tetapi fokus kita adalah HIV/AIDS karena suah menjadi masalah nasional," katanya.<br /><br />Karena itu, tambah Wapres semua komponen termasuk instansi terkait harus bisa lebih koordinatif dan sinergi dalam penanggulangan HIV/AIDS.<br /><br />"Kita sering sibuk sendiri-sendiri, sehingga hasilnya minim dan tidak optimal. Masalah kesehatan tidak sekadar menyangkut diagnosis dan memberikan obat, tetapi menyangkut antara lain gaya hidup, lingkungan, pendidikan dan lain-lain," tuturnya.<br /><br />Boediono menegaskan," Mari kita pikirkan bersama, apa yang bisa kita lakukan untuk menyetop laju peningkatan HIV/AIDS. Kita harus transparan dalam penanganannya sehingga sikap sosial yang diberikan masyarakat tentang apa dan bagaimana HIV/AIDS juga positif,".<br /><br /><strong>Pembelajaran publik<br /></strong><br />Wapres mengatakan, salah satu upaya menekan angka pengidap HIV/AIDS adalah melalui sosialisasi atau pembelajaran publik yang melibatkan semua instansi terkait.<br /><br />Sosialisasi dapat dilakukan melalui media massa, dimasukkan dalam kurikulum di sekolah-sekolah dan lainnya mengingat sebagian besar pengidap HIV/AIDS adalah generasi muda.<br /><br />Pada kesempatan yang sama Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengakui, sosialisasi tentang apa dan bagaimana HIV/AIDS belum optimal.<br /><br />"Kita harus duduk bersama lagi untuk merumuskan sasaran yang tept dan program untuk mengatasinya," ujarnya.<br /><br />Menkes mengatakan, sasaran utama kasus AIDS saat ini adalah generasi muda dan pelaku heteroseksual.<br /><br />"Saat ini kita masih kesulitan untuk mensosialisasikan di sekolah-sekolah menengah, karena itu masih akan dirumuskan dengan Kemendiknas, tentu dengan bahasa yang disesuaikan. Yang jelas intinya tentang kesehatan reproduksi," kata Endang.<br /><br />Untuk pelaku heteroseksual, lanjut dia, pihaknya masih kesulitan untuk mensosialisasikan hubungan seks berisiko yang aman dengan penggunaan kondom.<br /><br />"Masyarakat masih memandang jika kita mensosialisasikan kondom, dianggap mendukung, padahal tidak. Kalau bisa yang kita imbau mereka tidak melakukan hubungan seks berisiko," katanya.<br /><br />Endang mengakui, pandangan negatif masyarakat terhadap penanganan HIV/AIDS menjadi kendala besar yang harus dihadapi.<br /><br />"Selama ini kita hanya menyasar PSK-nya, padahal para pelanggannya juga berisiko menularkan pada keluarganya, istri. Ya kita minta para lelaki, suami untuk lebih bertanggung jawab," katanya.<br /><br />Hingga 30 September 2010 jumlah kasus AIDS secara kumulatif tercatat 22.726 kasus yang tersebar di 32 provinsi di 300 kabupaten/ kota.<br /><br />Dari jumlah itu, masih didominasi oleh kelompok usia produktif yakni (20-29) 47,8 persen, kelompok umur (30-39) 30,9 persen, dankelompok umur (40-49) sebanyak 9,1 persen.<br /><br />Sedangkan kasus terbanyak terjadi di 10 provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Riau. Sedangkan cara penularan banyak terjadi melalui hubungan heteroseksual (51,3 persen), pengguna narkoba suntik (39,6 persen), lelaki seks lelaki (3,1 persen) dan ibu pengidap kepada bayinya (2,6 persen).<strong> (phs/Ant)</strong></p>