Viral! Empat Tersangka Diduga Investasi Bodong Sunmod Alkes 504 Miliar, Terdakwa: Ternyata Hanya Puluhan Milyar

oleh
Kerugian akibat investasi bodong Sunmod Alkes dari beberapa korban mencapai lebih dari Rp503 miliar. Foto: MNC/Puteranegara

Jakarta, KN – 4 Terdakwa kasus Suntikan Modal (Sunmod) Alkes didakwa secara terpisah yaitu Viny Aurelia Kurniawan, Dyna Rahmawaty selaku Dirut PT. Ardira Medika Utama, Dudi Ardiansyah sebagai Komisaris  PT. Ardira Medika Utama, Benny Sondakh pemilik PT. Inamed Persada.

Keempat orang tersebut menjadi terdakwa dalam kasus pidana dugaan penggelapan dan penipuan dengan modus suntik modal pengadaan alat kesehatan. Dalam pengungkapan kasus tersebut, masing-masing terdakwa menjadi saksi karena memiliki perannya masing-masing.

Menurut pengakuan Viny Aurelia pada Minggu, (31/7/2022) berikut kronologi lengkapnya.

Viny Aurelia Kurniawan (VAK) mengakui sejak awal maret sudah bekerjasama dalam penjualan barang  dan titip atau meminjamkan modal kepada terdakwa Benny Sondakh (BS) yang mengaku sebagai CEO PT. Corona dan PT. Inamed Persada Sejak Maret 2020.

“Saya juga meminjamkan modal kepada terdakwa Dyna Rahmawaty (DR) Pemilik PT. Ardiira Medika Utama yang juga menjabat Dirut dan CEO Sarung Tangan Medis Nitrille dan Latex merk D’gloves dan masker.” Kata Viny Aurelia dalam keterangan tertulisnya.

Sebelumnya, VAK sempat berkunjung kekantor Dyna Rahmawaty (DR) Pemilik PT. Ardiira Medika Utama untuk melihat kondisi kantor tersebut dan berbuka puasa bersama. Bahkan VAK dalam pengakuannya mengetahui sebelum terdakwa VAK meminjamkan modal kepada terdakwa Dyna menurutnya sudah memiliki kantor dan usaha sarung tangan tersebut.

Ia mengakui memiliki 35-40 orang karyawan, sehingga terdakwa VAK meminjamkan dana dari kantong sendiri sejak Desember 2020 senilai 500 juta dan diberi keuntungan 20%.

Pada bulan November ada transfer terakhir pinjaman dana senilai 50 M dan Keuntungan 20% ditahun 2021. Selanjutnya, pada bulan Desember, keduanya gagal bayar kepada saudara Viny  dengan keterlambatan hanya 4 hari pembayaran terhitung 7 Desember 2021 hingga 11 Desember 2021.

Kemudian Dyna ingin bertemu VAK untuk menandatangi total pembayaran yang selama ini belum jelas arus kas dari awal hingga akhir in out hitungannya. Selanjutnya ada pertemuan di hotel Ashley. Pertemuan tersebut, kedua belah pihak tidak didampingi oleh lawyer. Hanya saksi Amelita saudara Yenti. Di hotel tersebut, Dyna dan Viny sepakat bertemu lagi keesokan harinya.

Namun kenyataanya berbeda, Dyna dirampas oleh orang yang mengaku sebagai investor dari Viny dan PH terdakwa Viny menanyakan mengapa setelah kejadian tidak melaporkan langsung kepolisi?

“Saya trauma dan harus menyelamatkan anak anak saya yang berusia dua tahun serta ibu saya. lalu investor tersebut ditemani sejumlah preman merampas aset Dyna.” Ujar Dyna.

Sementara, menurut pengakuan saksi Amelita sebagai saksi kunci, mengatakan bahwa uang cashnya milik pribadinya pun diminta, padahal Amelita tidak ada sangkut pautnya dengan para perampas dana tersebut.

Pengakuan dari BAP yang terlampir, ada foto gudang APD dari proyek Kemenkes. BS mengakui, bahwa memang perusahaanya mendapatkan tender pengadaan APD untuk sejumlah daerah dan mendapatkan pagu 70%.

Namun Hakim tetap menilai tidak jujur, hingga akhirnya menunjuk BS dan bilang tidak masuk akal dan BS mengakui bahwa sesuai pelaporan PPATK, kerugian yang dialami terdakwa VAK sebesar 25 miliar dan belum terhitung beberapa barang penjualanan Alkes yang diambil, namun belum dibayar terdakwa VAK.

Lebih lanjut, terdakwa Dyna Rahmawaty (DR) mengaku CEO Sarung Tangan Dgloves Nitrile, Latex serta masker yang sudah ada izin Kemenkes, Ce dan ISO tersebut tidak pernah mengakui Bahwa PT. Ardira Medika Utama pernah menang tender dari pemerintah, hanya saja pembayaran terakhir kerjasama dengan Dyna gagal atau ditunda pembayarannya dikarenakan ada keterlambatan dari Menhan, RSUD dan Pertamina serta masih banyak barang di kantor DR yang belum terjual, dan Dyna sendiri tidak pernah menunjukan SPK apapun ke terdakwa VAK terkecuali barang-barang yang dibutuhkan terdakwa DR.

Hanya screen shoot permintaan maaf dari orang yang bekerjasama dengan Dyna, yang dikirimkanya ke Viny sesuai dari PPATK dalam keterangan BAP kerugian antara terdakwa Dyna ke saudara VAK sebesar 32 Miliar.

Namun terdakwa VAK menggugat bersama lawyernya dan mengisi perjanjian perdamaian bersama terdakwa Dyna dan diputus di Pengadilan Negeri Tanggerang senilai 13 miliar sesuai hitungan dan perdamaian kesepakatan VAK dan DR. Selain itu, terdakwa VAK tidak bisa menjawab pertanyaan hakim baik JPU terkait kemana saja dananya  karena dari BS dan DR transfer berikut keuntungan selama bekerjasama atau pinjam modal.

Berdasarkan kesaksian sebelumnya, saudara VAK pernah menanyakan ke saksi Yenti terkait investasi modal jalan tol, dimana belum dihitung kerugian terdakwa saudara Viny dan belum dikembalikan saudara Y, serta mengakui ada yang sempat tarik modal dan keuntungan sebesar 60 miliar dalam sidang 27/Jul/2022.

Jadi harus dia tutupi keuangan dalam pengembalian modal tersebut dan diselesaikan. Selain itu, masih banyak lainnya yang tarik modal serta keuntungan yang menyebabkan akhirnya mengalami kerugian dari tangan ke tangan siapa saja yang sudah mendapatkan keuntungan terbanyak.

Diceritakan VAK, menurut pengakuan saksi Amelita mengalami kerugian 210 miliar jika dengan modal, keuntungan dan  mengungkapkan bahwa terdakwa VAK, BS dan Amelita sempat memiliki group whatsapp bertiga dan bertanya ada apa dengan keterlambatan pembayaran.

Akhirnya terdakwa BS memberikan bukti keterlambatan dari Kemenkes berupa cek, dan Amelita serta terdakwa Viny belum memvalidkan benar atau tidaknya, saksi Linda yang ternyata tante dari terdakwa Viny mengalami kerugian 20 milyar dan beberapa saksi lainya perkiraan total sementara 280 miliar Berikut ada yang dihitung keuntungan atau modal saja.

Tetapi saudara Viny mengakui hal ini belum dihitung ulang berapa, jika hanya modal saja yang dihitung jumlahnya. Hakim serta JPU menilai pernyataan VAK berbelit dan tidak jujur. Masih ada yang ditutupi dengan mengakui uang pribadi. Teman-temannya yang menanamkan modal sontak bertanya, darimana uang tersebut.

BS dan DR tidak mengetahui berapa banyak investor yang bersama terdakwa VAK. Hal ini terungkap dalam sidang agenda pemeriksaan saksi mahkota sekaligus pemeriksaan terdakwa  secara bersamaan yang berlangsung hari Rabu 27 Juli 2022 di ruang sidang Oemar Seno Adji, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang diketuai hakim H.Bakri SH.M.Hum.

Pada bagian lain persidangan, hakim menanyakan, apakah terdakwa VAK membuat perjanjian tertulis dengan para investor, VAK mengaku tidak pernah membuat perjanjian hanya modal kepercayaan saja.

Dari ke 4 terdakwa hakim menanyakan, apakah kenal kepada terdakwa Dudi selaku komisaris PT. AMU, apakah mengenal terdakwa Vinny atau tidak?

Namun kenyatannya tidak kenal hanya dua kali pertemuan saja dan saat pertemuan tidak ada yang membahas sama sekali soal suntik modal Alkes tersebut. Hanya sebatas terdakwa VAK silaturahmi mengikuti acara pertemuan program buka puasa dari PT. AMU ke Panti Asuhan dan terdakwa Viny mengakui bahwasannya suntik modal tersebut tidak ada kaitannya dengan Perusahaan Terdakwa Beny Sondakh dan terdakwa Dyna dan hanya pinjaman bersifat pribadi dan tidak pernah dimediasi dengan para korban saat ditetapkan menjadi TSK Sunmod Alkes.

Sidang tersebut dimulai pada pukul 14.00 WIB dihadiri puluhan peserta hingga penutupan pukul 21.00 WIB sedang sidang lanjutan dengan agenda pembacaan surat tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum akan digelar pada 3 Agustus 2022.(*)