Stunting di Sintang Terendah se-Kalbar

oleh

SINTANG, KN – Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang, Yosepha Hasnah mengungkapkan bahwa angka stunting di Kabupaten Sintang turun signifikan.

Ia mengatakan dari hasil pemantauan status gizi kabupaten sintang pada tahun 2019 untuk stunting di angka 32,6 persen, mengalami penurunan ditahun 2020 menjadi 30,8 persen.

“Dan ditahun 2021 berdasarkan hasil survei status gizi indonesia (ssgi) angka prevalensi di kab. sintang sebesar 38,2 persen, tertinggi kedua di prov. kalbar, pada tahun 2022 berdasarkan ssgi mengalami penurunan sebesar 19,5 persen menjadi 18,7 persen, terendah sekalbar,” kata Sekda Sintang.

Ia menjelaskan dari hasil pemantauan status gizi ini menunjukkan bahwa kabupaten sintang masih menghadapi beberapa masalah gizi khususnya stunting, walaupun sudah mengalami penurunan yang signifikan, namun masih memerlukan perhatian pemerintah daerah untuk menurunkan angka stunting sampai 14yo di tahun 2024.

“Peran lintas sektor terutama instansi teknis terkait diperlukan dalam intervensi program prioritas ke kelompok sasaran yaitu ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, anakusia 0-23 bulan, remaja putri dan wanita usia subur, anak usia 2459 bulan,” tuturnya.

Tak hanya itu, lintas sektor juga memiliki peran besar dalam kegiatan intervensi pada penyediaan air minum dan sanitasi, peningkatan akses pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan kesadaran komitmen, dan praktek pengasuhan dan gizi ibu dan anak, peningkatan akses pangan bergizi dan pengelolaan persampahan serta sarana dan prasarana pendukung dalam rangka penanganan stunting.

“Dalam pelaksanaan rencana kerja program dan kegiatan OPD dikarenakan adanya keterbatasan sumberdaya yang tersedia terutama menyangkut anggaran dan tenaga sehingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan program atau kegiatan sekaligus diseluruh wilayah,” ungkapnya.

Oleh karena itu ada prioritas pada wilayah-wilayah tertentu atau yang mempunyai permasalahan serius, sehingga diharapkan hasil intervensi yang dilakukan dapat lebih efektif.

“Sekali lagi saya sampaikan pendekatan multi-sektor menjadi salah satu ukuran dari keberhasilan tercapainya status gizi masyarakat yang optimal sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang nantinya akan sinergis dengan tujuan dari pembangunan nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara indonesia,” ujar Yosepha.

Ia mengatakan pelaksanaan konvergensi percepatan pencegahan stunting di kabupaten sintang di tingkat desa, baik yang desa prioritas atau bukan, harus terkoordinasi dengan pembangunan desa yang dibiayai dengan anggaran dana desa.

Sumber: Rilis Prokopim