SINTANG, KN – Ketua Asosiasi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh menanggapi komentar perihal olahraga sikulit bundar yang dipimpinnya tersebut dianggap “mati suri”.
Sinto menyangkal, bahwa sebenarnya PSSI Sintang ini tidak “mati suri”. Namun dikarenakan dua tahun belakangan dilanda Covid-19, sehingga tidak ada kegiatan yang dilaksankan karena larangan.
“Kita lihat dalam dua tahun ini dilanda Covid-19, sehingga tidak boleh diadakan kegiatan-kegiatan dalam bentuk apa pun. Tetapi setelah dua tahun ini, kita lihat sudah ada klub-klub yang mengikuti pertandingan. Kita juga melakukan pembinaan terhadap wasit, dimana ada yang dikirim untuk sertifikasi,” ujar Sinto membela diri.
Diakuinya, memang untuk saat ini kegiatan belum banyak. Tapi PSSI Sintang selalu turun setiap ada pertandingan yang diselenggarakan di kecamatan-kecamatan untuk memetakan pemain-pemain yang berpotensial.
“Mudah-mudahan dengan tidak adanya atau berkurangnya Covid-19, akan banyak kegiatan yang bisa kita selenggarakan. Tentu ini juga masukan bagi kami untuk lebih baik lagi ke depan,” jelasnya.
Disinggung apakah minimnya kegiatan yang diselenggarakan PSSI Sintang karena terbentur dengan anggaran, Sinto tak menampik akan hal itu. “Saya rasa semua kegiataan olahraga ada terbentur dengan anggaran. Kita tentu juga butuh dukungan dari Pemda, legislatif dan lain sebagainya,” pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Asosiasi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Kabupaten Sintang dinilai minim pergerakan untuk memajukan olahraga si kulit bundar ini.
Hal itu disampaikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Santosa. Menurut dia keterlibatan PSSI Kabupaten Sintang dalam memberikan suport untuk sepakbola sangatlah minim.
“Sampai hari ini kita melihat PSSI kita masih “mati suri”. Kita tak tahu apa yang terjadi di dalam PSSI kita ini, tapi yang pasti perlu dievaluasi,” ujar Santosa.
Santosa yang merupakan salah satu penggiat olahraga sikulit bundar di Bumi Senentang ini menjelaskan, bahwa “mati suri” yang ia maksud yakni tidak adanya kegiatan yang dilakukan PSSI Sintang, seperti menggelar pertandingan atau lain sebagainya.
“Kita berfikir poisitif saja, mungkin karena covid sehingga pertandingan tidak dilaksanakan. Tapi di daerah-daerah lain dan saya di kecamatan dapat juga mengadakan beberapa event lokal,” tegasnya.
Maka dari itu, politisi Partai Kebangkitan bangsa (PKB) ini mengharapkan, kejadian seperti ini harus menjadi evaluasila kedepannya bagi kemajuan sepakbola di Bumi Senentang.
“Ketua PSSI Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh adalah teman saya, dan pengurus-pengurus yang ada di dalamnya pun juga teman dekat saya. Kita harapkan permasalahan ini menjadi evaluasi untuk PSSI kita berbenah agar lebih baik lagi ke depan,” tuturnya.
Menurut politisi muda ini, bahwa jabatan Ketua PSSI Kabupaten Sintang yang sekarang sampai tahun 2023 mendatang. Ia pun berharap bagi klub-klub yang memiliki suara, ketika di kongres PSSI tahun mendatang haruslah memberikan hak suaranya dengan bijak untuk kemajuan sepakbola.
“Nanti mungkin di 2023 jabatan beliau (Harysinto Linoh) sebagai ketua PSSI akan berakhir. Tentu harapan kita ada penganti beliau yang lebih baik lagi, guna sepakbola kita lebih maju lagi kedepannya,” pungkas Santosa. (pul)