Menjelang peringatan hari bumi, warga Sintang dikejutkan dengan munculnya ulat bulu dalam jumlah yang sangat banyak, apalagi beberapa tahun lalu di Sintang juga pernah dikejutkan dengan serangan hama belalang. <p style="text-align: justify;">Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalbar, Agus Sutomo mengatakan munculnya ulat bulu di Sintang dan di berbagai tempat lainnya bisa dilihat dari sisi lingkungan dimana saat ini perubahan iklim global sedang berlangsung akibat menurunnya kualitas lingkungan terutama di kawasan yang dianggap jantung seperti Kalimantan ini.<br /><br />“Sangat erat kaitannya dengan lingkungan, apalagi saat ini banyak pemerintah daerah di Indonesia tengah gencar-gencarnya memberikan lahan mereka untuk korporasi besar membuka perkebunan sawit,” kata Tomo, begitu ia biasa disapa.<br /><br />Menurutnya, keberadaan ulat bulu dalam jumlah banyak secara serempak bisa dimaknai bahwa secara ekologis, habitat alami mereka sudah mulai terganggu seperti ketika hama belalang muncul di Kalbar beberapa waktu lalu.<br /><br />“Ini fenomena alam dimana terjadi perubahan iklim global akibat ulah manusia sendiri, ada yang tidak seimbang dengan alam sehingg ulat bulu pun sudah mulai masuk ke kota,” kata dia.<br /><br />Menurutnya, ketika habitat alami serangga mulai terganggu, bahan makanan yang sulit di dapat dan hilangnya predator alami ulat bulu ini, maka ada potensi berkembang biak jauh dari tempat biasa hama ini seperti diperkotaan.<br /><br />“Ini alamiah, namun yang akan membahayakan adalah ketika ulat bulu ini terus berkembang dan pada kondisi ketiadaan bahan makanan, maka bisa saja tanaman pertanian yang diganggu, akan muncul ulat bulu dimana-mana,” ujarnya.<br /><br />Aktivis Lembaga Gemawan ini mengatakan pemerintah sudah seharusnya melakukan kajian komprehensif atas munculnya ulat bulu ini sehingga bisa disusun langkah-langkah strategis mengatasi munculnya ulat bulu atau hama lainnya dalam kerangka menghadapi perubahan iklim global.<br /><br />“Tindakan pencegahan harus dilakukan, jangan sampai sudah ada serangan baru sibuk mencari formulasi tindakan, kedepan bisa saja dengan memburuknya kondisi lingkungan, ulat bulu atau hama lainnya akan muncul dan bahkan mengancam ketersediaan pangan masyarakat,” imbuhnnya.<br /><br />Ia kembali menekankan pada persoalan kerusakan lingkungan yang menurutnya ketika invetasi perkebunan sawit menghabiskan hutan secara besar-besaran di Kalbar dan menggantinya dengan hanya satu jenis tanaman, maka potensi serangan hama pengganggu tanaman yang kehilangan habitat akan tetap ada.<br /><br />“Yang menikmati langsung sawit hanya sedikit, paling hanya perusahaan dan masyarakat disekitar wilayah investasi, itupun tidak semuanya, sementara banyak masyarakat lainnya yang tidak bersentuhan langsung dengan sawit bakal menerima dampak, salah satunya ancaman krisis pangan akibat ekspansi hama penyakit tanaman yang sudah kehilangan tempat tinggal alami,” pungkasnya. <strong>(phs)</strong></p>