Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan akan menempatkan bidan di semua desa untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada saat proses persalinan. <p style="text-align: justify;">"Untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, salah satu cara yang kami lakukan adalah, bahwa semua desa di Kalsel harus ada bidan," kata Gubernur Kalimantan Selatan H Rudy Ariffin, saat ekspos potensi Kalsel kepada rombongan Gubernur Lemhanas Prof Budi Soesilo Supandji di Banjarmasin, Kamis.<br /><br />Ia mengungkapkan, dari 1.981 desa di Kalsel, hanya 200 desa saja yang belum memiliki bidan.<br /><br />Pemprov Kalsel menargetkan dalam beberapa tahun 200 desa yang belum miliki bidan itu segera terisi.<br /><br />"Meskipun untuk membayar gaji bidan tersebut tidak dialokasikan pemerintah pusat, tetapi diambil dari APBD Provinsi Kalsel," terang Gubernur.<br /><br />Dia mengungkapkan, Angka Kematian Bayi (AKB) pada 1999 di Kalsel mencapai 65 orang per 1.000 kelahiran dan pada 2009 menjadi 50 orang per 1.000 kelahiran.<br /><br />Angka Kematian Ibu saat melahirkan pada 1999 mencapai 297 orang dan pada 2009 menjadi 228 orang/kelahiran hidup.<br /><br />Sedangkan Angka Harapan Hidup pada 2007 sebesar 62,60 persen dan 2009 menjadi 63,45 persen.<br /><br />Dibandingkan dengan tiga provinsi lainnya di Kalimantan, angka harapan hidup di Kalsel cukup rendah, imbuhnya.<br /><br />"Bahkan kami menawarkan kepada masyarakat, kalau mau hidup lebih lama datang saja ke Kalteng, karena angka harapan hidup di daerah tersebut diatas 70 persen," seloroh Rudy.<br /><br />Gubernur menduga, salah satu penyebab rendahnya angka harapan hidup, karena warga yang sakit keras dirujuk ke rumah sakit di Kalsel.<br /><br />"Karena hampir 30 persen pasien di tiga rumah sakit di Provinsi Kalsel berasal dari Kalteng," tandasnya.<br /><br />Tiga rumah sakit di Kalsel, Rumah sakit Umum Ulin, Rumah sakit dr Ansyari Saleh dan Rumah sakit Sambang Lihum. <strong>(phs/Ant)</strong></p>