JAKARTA,(Kalimantan-News) – Organda kembali mengutarakan pembatasan ganjil-genap bagi kendaraan Golongan I selama periode lebaran sebagai solusi tepat sasaran untuk mengatasi tingkat kepadatan kendaraan dan kemacetan jalan raya dalam kegiatan tahunan Indonesia tersebut. Hal ini terkait rapat koordinasi persiapan lebaran yang diapresiasi Organda karena diselenggarakan jauh lebih awal, yang menunjukkan peningkatan respon dan kesiapan pemerintah dalam mengatasi isu terkait.
Rapat Koordinasi Persiapaan Penyelenggaraan Angkutan Lebaran tahun 2018 (30/1), kembali menyorot bahwa potensi penyebab kemacetan di jalan raya selama lebaran adalah truk—baik secara keberadaan, pelanggaran ODOL, maupun kesalahan pengemudi dan lain-lainnya. Sehingga dibuatlah kesimpulan sementara bahwa angkutan barang Golongan III – V akan kembali diawasi dan dibatasi dengan berbagai cara. Solusi-solusi terkait arus angkutan barang selama lebaran yang dicanangkan berbagai pihak termasuk pembuatan kantong parkir, penyaringan pengemudi resmi dan memiliki keahlian safety driving.
Faktanya, masalah utama dalam arus mudik adalah volume kendaraan: 88% Golongan 1; 9% Golongan II dan III; 3% Golongan IV dan V. Organda tidak memungkiri bahwa potensi kecelakaan truk adalah salah satu penyebab kemacetan, namun tidak setuju jika ditunjuk sebagai penyebab utama kemacetan.
Ivan Kamadjaja, Ketua DPP Organda Angkutan Barang mengatakan, “Solusi-solusi yang diutarakan dalam rakor masih kurang efektif. Jika kita sudah sepakat dari beberapa waktu lalu bahwa penyebab utama kemacetan adalah volume, maka solusinya juga harus berkaitan dengan volume: penerapan pembatasan ganji-genap Golongan I sebagai penyumbang kepadatan lalu lintas terbesar,” ungkap Ivan.
Pembatasan ganjil genap yang dimaksud bukan berarti Golongan I tidak boleh lewat sama sekali, melainkan diarahkan untuk menggunakan jalur alternatif. Masa uji coba di ruas tol Jakarta-Cikampek Oktober 2017 lalu membuktikan bahwa kemacetan lebih tinggi jika truk Golongan III ke atas diarahkan menggunakan jalur alternatif, dan tidak ada pembatasan ganjil genap untuk Golongan I di jalan utama.
Organda pun menyoroti bahwa truk angkutan barang adalah elemen penting dalam sistem logistik nasional, dengan tingkat kontribusi sebesar 51%. Periode Lebaran sendiri ditengarai sebagai salah satu periode paling sibuk di Indonesia, tak terkecuali perihal pengiriman barang—menyangkut penjualan barang dan pengiriman stok berbagai bahan pokok.
DPP Organda Angkutan Barang memandang bahwa pembatasan truk angkutan barang tanpa solusi yang tepat sasaran akan sangat mengganggu arus dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pembatasan tersebut secara nyata akan berdampak kepada kenaikan harga barang dan kekurangan pasokan barang.(Rls)