ARTIKEL – Kecelakaan yang menyebabkan 11 siswa dan guru serta satu pengendara motor meninggal tersebut terjadi pada Sabtu (11/5/2024), sekitar pukul 18.45 WIB. Total, ada tiga bus yang mengangkut pulang siswa dan guru dari kegiatan perpisahan siswa SMK Lingga Kencana. Nahas, satu bus yang ditumpangi Dimas Aditya dan Mahesa Saputra mengalami kecelakaan di Ciater, Subang.
Mahesa dan Dimas merupakan dua orang dari 11 korban yang dinyatakan meninggal dunia pada peristiwa kecelakan bus terguling yang terjadi di Ciater Subang, pada Sabtu malam.Tragisnya lagi, tubuh Dimas dan Mahesa ditemukan saling berpelukan setelah insiden tersebut terjadi.Dari penuturan sang ibu, Dimas merupakan anak yang baik, dia bahkan tampak sangat gembira saat momen kelulusannya.
Kegiatan study tour atau yang juga dikenal dengan karyawisata biasanya diadakan institusi pendidikan. Kegiatan ini dianggap lebih dari sekadar perjalanan rekreasi bagi para siswa, tetapi juga memberikan pengalaman pendidikan yang berbeda di Indonesia. Kegiatan belajar siswa di sekolah biasanya akan identik dengan aktivitas yang ada di kelas maupun lingkungan sekolah. Selain karena agar menciptakan suasana belajar, tetapi dengan melakukan aktivitas di sekolah membuat para guru bisa memantau dan mengelola siswa dengan lebih mudah dan terarah. Study tour menawarkan banyak manfaat, termasuk pengembangan wawasan, peningkatan keterampilan sosial, peningkatan kemandirian, pengalaman praktis, pengetahuan budaya, pembelajaran interaktif, motivasi belajar, kerja sama tim, peningkatan konsentrasi, dan pengambilan keputusan. Kegiatan pelepasan siswa dengan study tour ini diadakan untuk menambah pengalaman serta membiasakan siswa belajar secara langsung mengenal tempat-tempat bersejarah dan budaya setempat dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar tetapi dampak dari kegiatan study tour juga menjadi pertimbangan bagi orang tua, masyarakat,dan guru.
Namun kita memiliki sebuah kegiatan yang mungkin bisa dikatakan sebagai sebuah ‘tradisi’ yang pasti selalu ada di setiap sekolah, yaitu kegiatan study tour atau kegiatan rekreasi atau perpisahan sekolah sembari bertamasya yang segala aktivitasnya memiliki nilai edukasi yang bisa diambil oleh para siswa.Pada kegiatan ini biasanya tidak hanya menciptakan sebuah memori yang indah bagi para siswa, tetapi juga sarana belajar yang menyenangkan karena bisa belajar sembari melihat, mengamati, dan praktik langsung. Sehingga harapannya segala teori-teori yang didapat disekolah bisa tergambarkan secara langsung melalui kegiatan tersebut. Memang tak jarang study tour ini kemudian hanya sebagai kegiatan perjalanan rekreasi semata. Namun dengan membalut tema ‘study tour’ membuat kegiatan tersebut seolah memiliki nilai edukasi tetapi pada kenyataannya hanya kegiatan rekreasi biasa yang diiniasikan oleh sekolah kepada para siswa.Esensi study tour saat ini kemudian mulai luntur karena sebagian sekolah sudah mulai meghilangkan ‘nilai edukasi’ dalam perjalanan kegiatan belajar di luar sekolah ini.
Memang di satu sisi para siswa membutuhkan refreshing yaitu salah satunya dengan rekreasi. Akan tetapi, ketika kegiatan ini diselenggarakan oleh sekolah, maka pihak sekolah harus memastikan kegiatan tersebut tidak menyalahi aturan dan lebih baik lagi jika kegiatan tersebut memiliki nilai edukasi yang dapat bermanfaat bagi para siswanya. Sehingga saat ini yang menjadi penting adalah bagaimana pihak sekolah mampu menghadirkan kegiatan perjalanan study tour yang bukan hanya rekreasi yang menyenangkan saja, tetapi juga memiliki nilai-nilai edukasi yang selaras dengan apa yang dipelajari di sekolah.kegiatan study tour atau juga wisuda yang mana butuh biaya banyak ini kerap membuat para orang tua mengeluh karena biayanya yang terlalu memberatkan. Harusnya sekolah fokus membina minat maupun bakat anak secara semaksimal. Selain biaya yang memberatkan, ditakutkan juga terjadi hal-hal tidak diinginkan dalam kegiatan seperti study tour. study tour memang bukan suatu keharusan bagi murid dan sekolah. Pihak sekolah tidak harus menyelenggarakan kegiatan tersebut,pihaknya pun tetap mempertimbangkan keamanan dan kemampuan dari masing-masing peserta didik.
Selain itu kegiatan tersebut tidak wajib untuk seluruh peserta didik untuk ikut.Kegiatan ini menjadi permasalahan bagi orang tua dan masyarakat karena mengingat keselamatan jiwa peserta didik sekolah. Acara pelepasan yang bisa dilakukan sekolah selain Study Tour.
Terlepas dari pengusutan oleh tim kepolisian, faktanya acara perpisahan SMK Lingga Kencana Depok merenggut nyawa 11 orang,akibat kecelakaan salah satu bus yang digunakan di daerah Ciater Subang.Dunia pendidikan patut berduka,bila akhirnya acara perpisahan sekolah justru menjadi “duka abadi” bagi para orang tua siswa yang meninggal dunia serta para kerabat yang ditinggal kan. Acara perpisahan sekolah, study tour bahkan wisuda TK, SD, SMP, dan SMA/SMK kini jadi fenomena yang sulit dibantah di dunia pendidikan. Maka semua aktivitas perpisahaan, study tour atau wisuda sekolah yang sifatnya “pergi ke luar kota” patut ditinjau kembali. Setidaknya, harus ada”standar prosedur” yang ketat bila mau dijalankan oleh pihak sekolah. sudah bukan zamannya perpisahan sekolah dilakukan dengan “pergi ke luar kota”. Terlalu risiko tinggi dan berpotensi mengabaikan keselamatan siswa dan guru. Untuk apa acara perpisahan sekolah akhirnya merenggut nyawa siswa seperti yang terjadi pada siswa SMK Lingga Kencana Depok. Sebaiknya tiadakan acara perpisahan sekolah yang sifatnya “pergi ke luar kota”. Lebih baik acara perpisahan dilakukan di sekolah, dengan menghadirkan orang tua dan siswa bisa unjuk kreasi atas kemampuan atau keterampilan yang dimilikinya. Apalagi di level SMA/SMK, kelulusan sekolah bukanlah akhir. Justru menjadi awal dimulainya kompetisi untuk mendapatkan “kampus negeri”yang terhormat, yang tidak mudah untuk meraihnya. Belum lagi, Uang Kuliah Tunggal (UKT) berbagai kampus saat ini “naik signifikan”. Lebib baik uang perpisahan sekolah ditabung untuk biaya masuk kuliah anak.
Selain memberatkan orang tua, acara perpisahan sekolah ke luar kota pun tidak mendidik sama sekali. Justru sebaliknya, mengajarkan siswa untuk bergaya hidup hedonis, apalagi di era media sosial seperti sekarang. Perpisahan sekolah cuma jadi konten media sosial semua pesertanya. Bahkan tidak sedikit sekolah yang dalihnya “keterbatasan dana” akhirnya menghalalkan segala cara agar perpisahan sekolah tetap bisa terlaksana. (Restika, Mahasiswa Teknik Pertanian Universitas Jambi)