SINTANG, KN – Perhelatan Pilkada Sintang 9 Desember 2020 mendatang, memunculkan ragam persepsi publik terkait ketidakharmoniasan rumah tangga PDI Perjuangan Sintang.
Hal itu mencuat ketika Yohanes Rumpak masuk dalam bursa Pilkada Sintang, sedangkan dirinya baru saja menduduki kursi DPRD Provinsi Kalimantan Barat.
Dan isu retaknya rumah tangga PDI Perjuangan Sintang makin menguat ketika Yohanes Rumpak mendapat rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan sebagai calon bupati. Tentu hal ini menimbulkan kekhawatiran pada tataran internal kader PDI Perjuangan.
Pasalnya, Jeffray Edward yang saat ini menduduki kursi Wakil Ketua DPRD Sintang sempat berkeinginan untuk maju sebagai calon bupati Sintang.
Kita harus mengakui, Jeffray Edward adalah kader lama di PDI Perjuangan, dirinya telah cukup lama berkiprah di PDI Perjuangan dan turut membesarkan PDI Perjuangan Sintang. Beliau petarung ulung. Harus kita akui.
Sementara kehadiran Rumpak dinilai dan bahkan digiring oleh pendukung paslon lain sebagai orang yang haus kekuasaan. Terlebih dibelakang Rumpak berkembang isu liar yang mengatakan, Rumpak sengaja dipasang Lasarus yang saat ini memegang jabatan sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Kalbar, dengan tujuan mematahkan karir politik Rumpak.
Mengapa isu itu digiring?, Karena bagi pendukung paslon lain, potensi Rumpak untuk menikung Lasarus dan merebut suara Masyarakat Kalbar untuk melaju di DPR RI cukup besar.
Lalu bagaimana sikap Lasarus, Rumpak dan Jeffray dalam mengurai benang kusut ini?
Mari kita simak**
Pertama, PDI Perjuangan adalah partai yang memiliki kemantapan dalam ideologi partai, pemetaan kader yang matang, struktur partai yang rapi dan jelas, terlebih dalam menggembleng kader menjadi pemimpin dan petarung dengan semangat banteng, yang mempertaruhkan dirinya, harkat dan martabatnya untuk kemaslahatan masyarakat.
Kedua, Lasarus adalah soko guru politik bagi kader PDI Perjuangan Kalimantan Barat. Lasarus tahu betul cara mendidik, membina dan menempa para kader untuk bertarung dalam arena politik yang ganas di Kalbar.
Terbukti, kemantapan Lasarus dalam menggemblemg para kader diwujudnyatakan dengan memberi contoh hingga dirinya berhasil menduduki kursi Komisi V DPR RI. Semua ini adalah wujud kemenangan dinamika politik Kalbar dan pertarungan sengit di kancah politik nasional. Lasarus membuka mata publik dan para kader, bahwa setiap kader partainya di Kalbar mampu memiliki cita-cita untuk melangkah jauh ke panggung politik nasional.
Dengan demikian, Lasarus paham bahwa untuk memenangkan pertempuran politik di Kalbar, semua kader harus berdiri dalam satu barisan, solid bergerak menentukan masa depan PDI Perjuangan.
Dalam konteks Pilkada Sintang, Lasarus paham akan arah gerak PDI Perjuangan. Munculnya Rumpak tidak semata-mata karena haus kekuasaan, tapi Rumpak merupakan pilihan tepat melalui mekanisme partai, karena PDI Perjuangan memiliki referensi dan figur kader yang diterjunkan untuk menang di Pilkada Sintang.
Kemunculan Rumpak bukan karena ambisi Lasarus, tapi pilihan partai di tingkatan DPP. Dan tentunya, ini merupakan proses kaderisasi yang matang, jelas dan mantap dalam urusan rumah tangga PDI Perjuangan.
Ketiga, kita bicara posisi Jeffray. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sintang ini memiliki kekuatan membaca peta kemenangan politik di lapangan. Maka konsekuensi logisnya adalah Jeffray disiapkan partai untuk berkolaborasi dengan Lasarus dan Rumpak. Ini urusan rumah tangga PDI Perjuangan. Inilah seni politik yang dimiliki PDI Perjuangan.
Lapisan kader dari tingkatan nasional, provinsi dan kabupaten (Lasarus, Rumpak dan Jeffray) dalam konteks Pilkada Sintang terlihat begitu solid. Semua memiliki kemampuan bertarung. Menjiwai roh PDI Perjuangan dan mereka akan bertarung maksimal, sengit dan mematikan gerakan lawan politik.
Jika ada pertanyaan dimana posisi mereka? akurkah mereka?
Mari melihat gerakan mereka selama ini di lapangan. Kolaborasi Lasarus, Rumpak dan Jeffray terlihat cepat dan massif. Mereka mampu melebur dalam satu barisan. Semua bergerak dengan kekuatan dan kemampuannya. Di sinilah mereka terlihat sangat menarik, mereka mampu menggerakan seluruh mesin partai.
Ditambah kekuatan struktur partai, organisasi sayap partai, dukungan dari partai koalisi Sintang Baru, dan para relawan Mandau Mengkilat, semua bergerak. Inilah seni politik yang menarik.
Jika ada yang masih bertanya di mana arah Lasarus, Rumpak dan Jeffray, jawabannya mereka adalah satu tubuh yang berdiri di atas satu perahu dengan derap semangat yang membara.
Itulah seni politik PDI Perjuangan. Mereka bertarung maksimal, dari mempersiapkan kader, memposisikan kader, dan mencetak kemenangan. Semua melebur dalam satu garis, yakni memenangkan hati rakyat di Pilkada Sintang.
Dan kader PDI Perjuangan itu kader-kader petarung, mereka solid, membuang ego, mengedepankan keadaban politik, menjaga marwah partai, merekatkan persatuan dan kesatuan, menjadi contoh dan memberi pendidikan politik kepada Masyarakat dan terus berjuang untuk kemajuan masyarakat banyak. (*)