Mari Beri Dukungan Yang konstruktif (sebuah refleksi atas kekalahan timnas)

oleh
oleh

Memberi dukungan bagi timnas adalah hal yang lumrah sebagai warga negara yang masih mempunyai sense of nationalism. Tapi sebaiknya kita juga punya rasa tanggung jawab atas dukungan yang kita berikan. <p style="text-align: justify;">Dukungan dari sebagian besar supporter timnas saat ini saya lihat belumlah merupakan dukungan yg sudah mencapai fase tersebut, fase dimana dukungan bukan cuma sekedar dukungan emosional yang tidak mempunyai arah yang jelas.<br /><br />Pada saat ini timnas dan umumnya sepak bola nasional membutuhkan dukungan yang bermutu, bertanggung jawab dan membangun dr rakyat/supporter indonesia, bukan sekedar dukungan membabi buta sehingga tidak bisa lagi reflektif melihat kelemahan diri sendiri.<br /><br />Penyebab utama kekalahan timnas semalam menurut saya tidak bisa serta merta kita kambing hitamkan kepada tidak sportifnya supporter tuan rumah dengan gangguan lasernya, dll. Kompetisi sepak bola di manapun di belahan bumi ini sudah terbiasa dgn hal-hal tidak sportif yg dilakukan tuan rumah, bahkan kompetisi lokal Indonesiapun malah sering lebih sadis (pake lempar batu dan botol bahkan tawuran supporter dan pemain). Dan juga manajemen tim sudah memprediksi hal ini sebelum pertandingan, tapi tak pernah ada langkah antisipatif.<br /><br />Saya lebih menyoroti masalah mental bertanding yang payah dari timnas, tidak punya mental juara. Mental payah seperti ini sudah coba saya soroti dari dulu.<br /><br />Dan perbaikan/pembinaan mental seperti tidak bisa hanya dengan cara-cara yang cepat dan instan! Pembinaan yg menyeluruh dan mendasar dari persepakbolaan indonesia adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi! Kondisi ini diperparah lagi dengan PSSI yg bobrok, yang maunya cuma mengambil keuntungan sesaat dari timnas. Lihat saja bagaimana beberapa hari sebelum final berlangsung, timnas digiring2 untuk ber’safari’ ke beberapa acara seremonial yang tidak ada gunanya yang lebih sarat muatan politisnya. Timnas sudah kelelahan dengan acara-acara seperti ini, bukan kelelahan karena bertanding. Belum lagi dicekokin dengan berbagai wawancara bak selebiti hollywood yang seolah-olah kita sudah juara. Semua ini akibat ulah PSSI yang arogan, dan wajar bila saya dari dulu tidak pernah bisa optimis dengan sepak bola nasional selama yang mengurus sepakbola kita masih pengurus PSSI yang sekarang.<br /><br />Sudah banyak sekali insiden dalam dunia sepak bola kita yang harusnya bisa menjadi pelajaran buat PSSI, akan tetapi PSSInya yang tidak pernah mau refleksi dan belajar dari berbagai insiden tersebut. Masih ingat betapa nafsunya PSSI tahun lalu ingin mengajukan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia? Sebuah cita-cita PSSI yang terlalu muluk dan memuakkan. Buktinya lihat saja, penjualan tiket yang tidak becus,bagaimana mau jadi tuan rumah piala dunia?? wakakakak…Tidak pernah ada gerakan dari PSSI utk melakukan pembinaan sepak bola yang serius dan benar, maunya hanya cara-cara instan dan shortcut saja. Naturalisasilah..latihan jor2an ke LN lah..pakai pemain asing dan pelatih asing lah..yg semuanya serba makan biaya besar.<br /><br />Ditengah banyaknya masyarakat yang bangga dengan naturalisasi, saya selalu yakin bahwa naturalisasi bukanlah jalan yg baik. Naturalisasi hanya akan mematikan potensi-potensi dan talenta-talenta putera-putera bangsa. Terlebih lagi penduduk Indonesia yang sudah mencapai 230 juta jiwa, apa pantas menambah lagi jumlah penduduknya dengan naturalisasi?? Bila Singapura yang melakukan ini, ya wajar saja, penduduk mereka cuma 5 juta jiwa.<br /><br />Jadi padd akhirnya, bila kita mau melihat sepak bola kita maju, hanya satu caranya: reformasi kepengurusan PSSI yg sekarang yang sudah berkarat, sudah 7 tahun lebih memimpin tapi tidak pernah ada hasil, cuma buang-buang uang sajaa. Bila sudah direformasi, marilah kita bangun kembali sepak bola Indonesia dari awal (back to the square one), dengan cara-cara yang benar dan mendasar. Walaupun akan memakan waktu yang lama, ya apa boleh buat, bagaimanpun juga ini memang harus dimulai kembali.<br /><br />Disinilah perlunya dukungan yang dewasa dari supporter Indonesia. Dukungan yang konstruktif dan bukan hanya dukungan semu, emosional, dan tida jelas. Dan untuk memberikan dukungan yang konstruktif di tengah kondisi sepak bola Indonesia yang sudah sangat ekstrim parahnya, harus dengan dukungan yang ekstrim pula. Mari kita hentikan dukungan terhadap timnas kita walaupun dengan berat hati, dengan tujuan memboikot PSSI! Dengan demikian maka kepengurusan PSSI sekarang akan semakin goyah eksistensinya dan kemudian akan semakin ter-delegitimasi di mata bangsa dan rakyat Indonesia. Sebab hanya dengan reformasi pengurus PSSIlah maka sepak bola Indonesia akan bisa menatap hari yang lebih cerah kedepannya. Memberi dukungan dengan cara tidak mendukung adalah suatu bentuk dukungan yang konstruktif!<br /><br /><em><strong>(Penulis adalah pecinta sepakbola Indonesia dan karyawan PT.Freeport Indonesia)</strong></em></p>