Gomez Sang Suksesor Deddy Sitorus

oleh
Arnoldus Yansen Gomez, Ketua DPD Banteng Muda Indonesia (BMI) Kaltara.

KN- Kaltara – PDI Perjuangan tidak pernah main-main dalam merekrut Calon Anggota Leslatif (Caleg) di seluruh Indonesia. Mereka harus kader terbaik. Memiliki integritas dan menguasai ideologi partai. Salah satu kader terbaik banteng itu adalah Arnoldus Yansen Gomez. Siapa Gomez? Dimana dia ditugaskan oleh Megawati Soekarnoputri? Apa saja pengalamannya? Berikut profilnya.

Gomez bukan orang baru di kandang banteng. Dia sudah bergabung di PDI Perjuangan sejak tahun 2009. Pengalamannya di organisasi kemahasiswaan menjerumuskan ke dunia politik praktis. Yah, partai politik adalah perjuangan lanjutkan para aktivis mahasiswa. Bukan tanpa alasan Gomez memilih PDI Perjuangan.

‘’Banyak senior-senior saya di PMKRI dan Pemuda Katolik gabung di PDI Perjuangan. Biar bagaimana pun saya harus mengikuti jejak senior,’’ kata Gomez mengawali ceritanya. Rabu, (06/09/2023)

Kiprah Gomez di Jakarta diawali ketika Ia memilih kuliah di Universitas Nasional (Unas) Fakultas FISIP Jurusan Hubungan Internasional tahun 2001. Itu pertama kali dia merantau. Hidup jauh dari kampung halamannya Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT). Walau menjadi anak rantau, sama sekali tidak membuat Gomez minder. Ia aktif disejumlah organisasi. Baik di kampus mau pun di luar kampus.

Puncaknya tahun 2004, Gomez terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa. Menjadi Ketua Senat di kampus yang dikenal gudangnya aktivis itu bukan perkara gampang. Itu membuktikan, Gomez memiliki kemampuan berorganisasi. Sehingga Ia dipercaya menjadi pemimpin seluruh mahasiswa Unas hingga tahun 2005.

Tidak hanya Ketua Senat, di juga aktif di organisasi mahasiswa luar kampus. Yakni Perhimpunan Mahasiswa Katolik (PMKRI). Gomez dipercaya menjadi Ketua PMKRI Jakarta Selatan selama dua tahun sejak tahun 2006.

Pengalaman menjadi aktivis mahasiswa inilah membuat Gomez begitu matang di dunia organisasi. Kepekaannya terhadap rakyat diasah. Caranya berdialektika dan keberpihakkannya kepada wong cilik ditempa. Makanya, begitu lulus tak perlu waktu lama bagi pria kelahiran 10 Agustus tahun 1981 ini melanjutkan kiprahnya.

Di tahun 2009, Gomez pun bergabung di partai politik. Pilihannya PDI Perjuangan. Mengapa dia memilih menjadi anak buah Megawati? Menurut Gomez, PDI Perjuangan merupakan partai yang sesuai dengan jiwanya. Partai kader yang selalu berpihak kepada rakyat kecil. Seperti dirinya, Gomez merasa Ia bagian dari rakyat kecil itu. Anak rantau yang berasal dari daerah miskin. Dan dibesarkan oleh orang tua yang berkeja sebagai PNS biasa.

Sebagai kader muda, Gomez dipercaya sebagai Staf Ahli DPR RI selama 5 tahun. Setelah itu, Gomez diminta menjadi Tenaga ahli Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Dia Pitaloka.

Selama tahun 2014-2019 proses belajar terjadi. Gomez banyak belajar bagaimana kerja seorang wakil rakyat. Membangun basis hingga melakukan loby-loby politik. Selesai mendampingi Dia Pitaloka, Gomez dilirik bintang baru PDI Perjuangan Deddy Yevri Hanteru Sitorus. Kompatriotnya itu ditugaskan Megawati untuk bertarung memperebutkan kursi legislatif disebuah provinsi baru bernama Kalimantan Utara.

Tanpa pikir panjang, Gomez menerima tawaran itu. Dia merasa memiliki banyak kesamaan dengan Deddy Sitorus. Sama-sama mantan aktivis mahasiswa. Dan sama-sama tidak mengenak Kaltara.

‘’Kaltara itu tantangan bagi kami berdua sebagai aktivis. Provinsi misterus. Tugas terberat itu membangun jaringan dari nol,’’ kata Gomez mengenang.

Keduanya bahu-membahu. Gomez cukup pengalaman setelah Ia bergabung di Departemen Hankam DPP PDI Perjuangan. Berbagai penugasan pernah Ia jalankan. Salah satunya, belajar langsung bagaimana PKC China mengorganisir rakyat.

Bekal pengalaman itulah dibawa Gomez ke Kaltara. Dia ditugaskan mengorganisir Kabupaten Nunukan. Sebuah kabupaten di perbatasan yang selama ini dikenal bukan basis PDI Perjuangan. Langkah pertamanya adalah membangun simpul. Setelah itu mengenalkan Deddy Sitorus yang belum populer. Pekerjaan itu tidak mudah.

‘’Kami bekerja siang malam. Mendatangi door to door. Memperkenalkan Deddy Sitorus. Orang Nunukan sama sekali tidak kenal. Mereka bertanya siapa Deddy Sitorus. Itulah tugas terberat kami di lapangan,’’ cerita Gomez.

Tidak sia-sia, dibawah kendali Gomez, suara Deddy Sitorus meledak. Ia menjadi Caleg peraih suara terbanyak di Nunukan. Tidak sampai disitu, si pendatang baru dari tanah batak itu menjadi Anggota DPR RI peraih suara terbanyak di Kaltara.

Kerja-kerja lapangan sudah berakhir. Deddy Sitorus sudah duduk di Senayan, namun kerja sesungguhnya baru dimulai. Apa itu? Ya, bagaimana Deddy Sitorus bisa merealisasikan janji-janji politiknya yang disampaikan saat kampanye. Lantas, apakah Deddy Sitorus dapat menjadi wakil rakyat yang bermanfaatkan bagi penduduk Kaltara.

Tentu, beban itu tidak bisa sepenuhnya ditanggung Deddy Sitorus seorang. Dia harus ditopang oleh staf yang kuat. Tugasnya menjadi penghubung, antara Deddy Sitorus dengan rakyat. Bukan sekadar menjadi staf biasa yang mengurus administrasi. Karena cukup mengenal Kaltara dan dianggap mampu mengorganisasi dapil, Deddy Sitorus mempercayakan Gomez untuk mengkoordinir seluruh staf di dapil.

Tugas ini membuat Gomez tidak bisa meninggalkan Kaltara. Walau pun tugasnya sudah berakhir. Disinilah kembali terjadi proses belajar bagi Gomez. Dia harus bolak balik Jakarta-Kaltara hampir 4 tahun. Dia melihat langsung bagaimana Deddy Sitorus bekerja sebagai wakil rakyat. Gomez mengaku kagum. Tidak banyak yang berubah dari sosok Deddy Sitorus.

‘’Dia tetap idealis. Kritis dan mau berkorban demi rakyat di dapilnya. Anda bisa lihat bagaimana Deddy paling menonjol diantara dua Anggota DPR RI Kaltara lainnya,. Itu bukti, PDI Perjuangan tidak salah menugaskan kadernya. Kaltara beruntung memiliki Deddy Sitorus,’’ kata Gomez.

Bagi Gomez, Kaltara sudah menjadi kampung halaman keduanya setelah tanah Flores. Disini dia digembleng sebagai kader. Sampai akhirnya, PDI Perjuangan menugaskan Gomez untuk menjadi Caleg di Kaltara.

Tentu, tugas ini tidak langsung di iya kan Gomez. Dia harus berkonsultasi dulu dengan bosnya Deddy Sitorus. Gomez beruntung, dia memiliki senior yang ingin anak buahnya maju. Ternyata, dibalik layar, penugasan Gomez untuk menjadi Caleg di Kaltara juga berkat dorongan Deddy Sitorus. Dialah yang meyakinkan DPP, bahwa Gomez layak untuk menjadi Caleg di Kaltara.

Mengapa Gomez tidak memilih NTT sebagai dapilnya? Nah, ini juga menjadi pertanyaan banyak kader partai di Kaltara. Bagi Gomez, sebagai kader, dia siap ditugaskan dimana saja. Apalagi di Kaltara. Yang sudah menjadi rumah keduanya.

‘’Kalau di Kutup Utara ada Pileg dan saya ditugaskan partai Nyaleg disana, saya siap,’’ kata Gomez untuk meyakinkan loyalitasnya pada partai.

Gomez merasa beruntung punya suksesor seperti Deddy Sitorus. Jika terpilih mewakili Kota Tarakan di DPRD Provinsi Kaltara, Gomez ingin menjadi wakil rakyat seperti seniornya itu. Menurutnya, Deddy Sitorus adalah paket lengkap sebagai seorang politisi. Cerdas, tegas, idealis dan berpihak kepada rakyat.

‘’Lihat saja bagaimana Deddy memperjuangkan listrik di pedalaman. Rumah sakit pratama dan pelabuhan di Bunyu. Itu kerja-kerja politik tidak mudah. Berebut anggaran yang tidak banyak. Bisa meyakinkan para Menteri. Itu, kalau tidak punya keahlian dan determinasi, saya yakin janji politik hanya jadi omong kosong,’’ papar Gomez.

Makanya, andai Gomez terpilih menjadi wakil rakyat Kota Tarakan di DPRD Provinsi Kaltara, dia siap memperjuangkan kepentingan rakyat. Bahkan, Gomez sesumbar akan berani pukul meja seperti yang dilakukan bosnya di Senayan. Seperti Banteng yang tidak mengenal kata mundur. *(Pai)