MELAWI- Setelah mencari selama dua hari, akhirnya Sigit Proyanto (17) seorang pria yang tenggelam di Sungai Melawi desa Kompas Raya akhirnya ditemukan, Selasa (30/10) sekitar pukul 23.30 WIB di daerah Desa Tekelak Dussun Liang Kecamatan Pinoh Utara. Pada saat ditemukan posisi mayat korban ditemukan dalam keadaan mengapung dan posisi badan telungkup dengan menggunakan celana jins pendek, baju hitam lengan pendek terpasang di badan.
Kapolsek Nanga Pinoh Iptu Mulai Sembiring mengatakan, Setelah mendapat laporan pihak Polsek Nanga Pinoh Bersama keluarga korban dan warga melakukan pencarian dengan menyisir sungai Melawi selama tiga hari berlansung namun belum mendapatkan hasil. Pada hari selasa (30/10) dilakukan pencarian lagi dengan menggunakan 2 perahu tempel dan 1 buah perahu bandung yang berjumlah sekitar 30 orang.
“Saat menyisir Sungai Melawi, tepat di di daerah sekitaran Dusun Liang Desa Tekelak Kecamatan Pinoh Utara, Ridwan yang merupakan salah satu tim pencari korban melihat seperti kayu yang menggambang di Sungai Melawi. Kemudian tim dengan perahu bandung menghampiri benda yang diduga kayu tersebut, dan ketika disenter ternyata itu adalah korban tenggelam yang dicari pada saat ditemukan mayat dalam keadaan mengapung dan telungkup dengan menggunakan celana jins pendek, baju hitam lengan pendek terpasang di badan. Kemudian, lanjuitnya, tim langsung membawa korban menuju ke dermaga SDF Nanga Pinoh dengan cara diikat di samping perahu bandung menggunakan tali tambang,” jelasnya saat ditemui, Rabu (31/10).
Lebih lanjut Kapolsek mengatakan, kronologis tenggelamnya korban, sesuai dengan keterangan dari teman korban bernama Amin alias Igo, bahwa korban bernama Sigit pada hari minggu (28/10) sekira pukul 21.00 Wib bersama lima rekannya-rekannya, Pajar,Amin, Ecak dan Udang, berangkat dari Desa Tanjung Niaga Kecamatan Nanga Pinoh menuju Desa Tekelak Kecamatan Pinoh Utara dengan menyebrangi sungai melawi mengunakan perahu tambang mesin 2 PK menuju stegher di Desa Kompas Raya Kecamatan Pinoh Utara.
“Kemudian keenam orang ini dilanjutkan berjalan kaki menuju Desa Tekelak untuk bertamu kerumah pacarnya si Udang yang bernama Mirna di Desa Tekelak. Awalnya Amin melarang korban utk ikut karena kurang uang untuk bayar perahu tambang pulangnya. Namun korban ngotot maksa untuk tetap ikut dan ahirnya mereka pergi bersama,” jelasnya.
Setelah pukul 23.00 wib, lanjut Sembiring, mereka berpamitan pulang dari rumahnya si Mirna untuk pulang menuju stagher di Desa Kompas Raya. Setelah sampai di stagher mereka kekurangan uang dan hanya mempunyai uang Rp.7.000. Kemudian ketiga temannya berinisiatif untuk kembali kerumah si Mirna untuk meminjam uang kepada orang tua Mirna. Sedangkan Sigit, serta dua temannya yakni Amin, dan Pajar menunggu di stegher di tepi sungai.
“Nah kemudian sekitar pukul 01.00 dini hari, sudah masuk hari Senin (29/10). Korban berbicara ngelantur sambil menekan ibu jari tangan kirinya, berjalan kebawah menuju sungai korban (Sigit, red) mengatakan, aku harus pulang malam ini, berenangpun tidak apa-apa. Jika memang tidak sampai kesebrang bearti sungai ini minta tumbal. Lalu korban membuka jaketnya dan terjun kesungai. Melihat korban terjun kesungai dan terbawa arus kemudian Amin dan Fajar berusaha menolong namun gagal dan korbanpun tengelam. Amin dan Fajar meminta pertolongan kepada warga desa kompas raya yang rumahnya disekitar stagher untuk melakukan [enyisiran sungai, dan akhirnya jenazah baru ditemukan pada Selasa malam sekitar pukul 23.30 WIB. Jenazah lansung dibawa ke rumah sakit dan kemudian dibawa ke rumah duka di Desa Guhung Kecamatan Belimbing Hulu,” pungkasnya (ed/KN)