Dr. Hermansyah Apresiasi Museum Kapuas Raya

×

Dr. Hermansyah Apresiasi Museum Kapuas Raya

Sebarkan artikel ini

Akademisi Fakultas Hukum Universitas Tanjung Pura, Dr. Hermansyah, SH, sempat termenung menyaksikan berbagai dokumen budaya dan tradisi dari 3 etnis, Dayak, Melayu, dan Tionghoa yang terdapat di Museum Etnologi Kapuas Raya. <p style="text-align: justify;">Meskipun saat itu, hari Kamis (3/10/2013), para pegawai Museum sedang tidak berada ditempat, karena masih mengikuti pameran di Semarang, penjelasan dari Bupati Sintang Milton Crosby kepada tamunya, ternyata tidak kalah dengan penjelasan dari petugas Museum.<br /><br />Menurut Hermansyah, Museum yang menggambarkan pluralisme ini menjadi semacam laboratorium sosial, serta menarik untuk diketahui dan dikunjungi oleh para peneliti dan penggali sejarah dan budaya multi etnis di Kabupaten Sintang ini. Bahwa ternyata dimasa-masa yang lalu, bahkan jauh sebelum munculnya berbagai forum kerukunan dan forum pembauran, justeru kerukunan sudah sedemikian baik.<br /><br />“Keberadan Museum Etnologi ini, adalah sebuah upaya luar biasa dari Pemerintah Kabupaten Sintang. Tanpa perencanaan dan upaya konkrit, misalnya dengan penyediaan bangunan serta membentuk Bidang Museum dalam SKPD, tidak mungkin Museum ini ada disini,” tuturnya kepada kalimantan-news.<br /><br />Hermansyah juga mengatakan. Bahwa ini adalah juga sebuah perjuangan yang memiliki makna strategis bukan hanya dalam konteks pendidikan. Tetapi juga memiliki makna kedepan untuk perjalanan bangsa ini dimana pluralitas mulai tersisihkan, munculnya dikriminatuf, ke-egoan dan ke-akuan semakin mengemuka. “Museum ini juga dapat dijadikan tempat penelitian para mahasiswa dari Universitas yang memiliki program ilmu studi kebudayaan dan atau antropologi. Mengapa tidak riset-riset tentang kebudayaan dan etnologi tidak dilakukan disini, pungkasnya.<br /><br />Ditempat yang sama, Milton Crosby ketika ditanya apakah publikasi tentang keberadaan Museum ini telah dilakukan dengan baik. Mengingat masih banyak para akademisi di Kalimantan Barat yang belum mengetahui keberadaan Museum ini. Dan bahkan sepertinya lebih dikenal oleh publik diluar Pulau Kalimantan, ini dibuktikan dengan mengalirnya undangan untuk turut serta dalam berbagai pameran. Menurutnya, pihak para akademisi lah yang harus lebih jeli lagi. Karena Museum ini telah cukup di publikasikan melalui berbagai media, termasuk media Internet, ucapnya. <strong>(das/Luc)</strong></p>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.