DAMPAK MAKAN SIANG GRATIS PADA KONDISI KEUANGAN NEGARA DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PENDAHULUAN

oleh
oleh

ARTIKEL – Indonesia menjadi salah satu negara tertinggi yang mempunyai riwayat stunting, terutama pada balita dan anak-anak.

Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2024, data yang diperoleh ada sekitarnya 24% persen yang terjadi stunting pada tahun 2021 lalu terjadi penurunan sekitar 3% yaitu menjadi 21% pada 2024, walaupun menurun namun Indonesia tetap menjadi negara tertinggi di dunia yang menderita stunting khususnya pada usia balita dan anak-anak. Dan menurut WHO minimal standar target pada stunting yaitu dibawah 20% dari permasalahan inilah timbulnya perencanaan program pemerintah untuk mengurangistunting pada usia balita serta anak-anak.

Berikut beberapa program pemerintah untuk mengatasi stunting sebelum adanya program makan siang gratis, menurut dari Kementrian Kesehatan Indonesia ada tiga program upaya untuk menurunkan stunting pada balita dan anak-anak, yang pertama ialah Gemaz (Generasi Emas Bebas Anemia dan Zero New Stunting) program ini bertujuan untuk mengedukasi pada remaja tentang pentingnya gizi seimbang, lalu ada program USG di semua puskesmas untuk pemeriksaan bagi ibu hamil untuk pengukuran gizi dan zat besi, dan terakhir Tujuan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah untuk meningkatkan status gizi anak dan meningkatkan gizi masyarakat.

Program ini akan dikembangkan lebih lanjut dan pada akhirnya menjadi salah satu program unggulan bagi calon presiden dan wakil presiden no urut 2.

Salah satu program yang akan diterapkan oleh pasangan capres dan cawapres 02 yaitu dengan diadakannya makan siang gratis, program makan siang gratis ini dikhususkan terutama pada anak-anak yang masih sekolah.

Pada kenyataannya, program makan siang gratis ini sudah tidak asing bagi negara maju seperti Amerika. Dalam laporan riset “True Cost of Food: School Meals Case Study” menunjukkan bahwa penerapan program makan siang gratis, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan perekonomian, telah memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Amerika Serikat.

Sekitar 30 juta anak sekolah Amerika mendapat manfaat dari program ini, yang menimbulkan biaya tahunan sekitar 18,7 miliar dolar AS. Program ini menghasilkan keuntungan kesehatan dan ekonomi sebesar 40 miliar dolar AS, sehingga menghasilkan keuntungan sekitar 21 miliar dolar AS.

Program yang didirikan di Amerika ini bertujuan untuk meringankan kekhawatiran siswa mengenai kebutuhan dasar mereka, khususnya rasa lapar, agar mereka dapat berkonsentrasi pada kegiatan akademis di kelas.
Selama dua tahun terakhir, dunia menghadapi krisis ketahanan pangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kombinasi dampak ekonomi yang terkait dengan pandemi Virus Corona, perubahan iklim, kenaikan harga pangan, dan dampak perang di Ukraina menyebabkan kelaparan di banyak belahan dunia. Menurut data Program Pangan Dunia (WFP,2022) Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebanyak 349 juta orang di 79 negara menghadapi kelaparan, termasuk 153 juta anak-anak dan remaja.

Perjuangan untuk bertahan hidup membuat pendidikan mereka terabaikan. Akibatnya, masa depan mereka terancam kelaparan. Stunting masih menjadi masalah di Indonesia. Meski membaik dibandingkan tahun sebelumnya, Survei Nasional Status Gizi (SSGI) tahun 2022 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia masih sebesar 21,6 persen, masih di bawah standar WHO yang kurang dari 20 persen. Namun, masih jauh dari standar. target nasional sebesar 14%. Tahun 2024 menjadi persentase.

Hasil dari penelitian, ketersediaan makanan keluarga berpendapatan rendah dapat ditingkatkan 3,64x anak stunting dibandingkan dengan akses makanan yang baik untuk keluarga. Makanan sulit mengancam kepada pengurangan konsumsi makanan yang beragam dan bergizi seimbang, akhirnya dampak pada tingkat keparahan masalah gizi masyarakat termasuk stunting terus meningkat.

Menurut kami, perhatian yang tidak diberikan kepada anak karena pendapatan keluarga yang terbatas mengakibatkan perawatan dan perhatian individu anak tersebut tidak terpenuhi. Anak-anak yang lahir dari keluarga miskin berisiko lebih tinggi mengalami stunting daripada anak-anak yang lahir di keluarga berpenghasilan menengah.

Penelitian menunjukkan bahwa program ini melibatkan pemberian makan siang dan susu gratis kepada siswa di sekolah, serta memberikan bantuan gizi kepada anak di bawah 5 tahun dan ibu hamil di pesantren. Bantuan tersebut mencakup penyediaan bahan pangan penting seperti beras, sayur mayur, buah-buahan, dan produk hewani yang mempunyai dampak signifikan. Di sisi lain, kebutuhan makanan dari populasi orang dewasa umum di atas usia selain anak-anak dan wanita hamil juga belum terpenuhi.

Misi makanan dan makan siang gratis adalah tugas utama program ASTA CITA (nama 8 misi Prabowo-Gibran) adalah membangun dan meningkatkan sekolah unggulan terpadu di setiap kabupaten sebagai salah satu modal investasi untuk meningkatkan kualitas hidup individu, masyarakat dan negara, perlu direnovasi juga untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta digitalisasi, yang merupakan kunci untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju.

Menurut kami, misi ini setidaknya memberi gambaran kepada kita tentang sikap patriotisme calon presiden, Prabowo Subianto, terhadap masyarakat Indonesia, khususnya kelompok minoritas yang sedang kesulitan ekonomi atau dalam kata-kata presiden pertama Republik Indonesia yang dikenal dengan sebutan wong cilik adalah masyarakat biasa dengan tingkat ekonomi dan pendidikan rendah yang masih tertinggal.

Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan gizi diketahui mempengaruhi kebiasaan makan keluarga pada bayi stunting usia 7 hingga 24 bulan. Oleh karena itu, pendidikan gizi kepada ibu diperlukan tiga kali sebulan. Petugas kesehatan dan eksekutif kesehatan harus memastikan bahwa semua ibu hamil mengikuti pendidikan kesehatan. Semua ibu diwajibkan untuk menghadiri setidaknya tiga sesi konseling per bulan, dan observasi dirumah serta pengukuran berkelanjutan terhadap ibu yang memiliki bayi stunting diperlukan.

Namun banyak kontroversi mengenai hal ini, yang sangat terlihat dari program ini adalah anggaran biayanya. Anggaran untuk program makan siang gratis ini tidaklah sedikit anggaran yang akan dikeluarkan, sekitar Rp450triliun, kisaran perencanaan anggaran ini di dapat dari wawancara (Ester Sri Astuti,2024). Oleh karna itu ada beberapa pihak yang kurang setuju akan adanya program makan siang gratis ini.

Menurut penelitian program ini menelan banyak cukup besar bahkan bisa dikatakan separuh dari anggaran bansos di eranya Jokowi di 2024. Dan yang perlu ditakutkan adalah jika ini tidak menambah anggaran. Artinya, kalau ini tidak didapat dari realokasi budget lainnya, yang dihasilkan adalah defisit. Tidak hanya itu banyak sekali kehawatiran seperti terjdinya inflasi serta menambahan utang negara akibat anggaran besar yang dikeluarkan untuk program makan siang gratis ini.

Tujuannya tentu saja untuk mengurangi ketimpangan dan mendorong pemerataan perekonomian. Dan tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas gizi anak sekolah dan menggerakkan perekonomian nasional. Dan program ini dapat menurunkan angka gizi buruk dan stunting pada balita dan anak di Indonesia untuk mendorong kualitas sumber daya manusia di Indonesia menuju generasi emas tahun 2045.

HASIL
Dalam pengambilan langkah untuk perencanaan makan siang gratis ini kami mewawancarai beberapa tenaga profesional dan lingkungan masyarakat untuk melengkapi penelitian ini.

Kami menanyakan beberapa pertanyaan seperti, pendapat orang tentang efektifitas makan siang gratis terhadap mutu pendidikan.

Menurut narasumber 1 yang berprofesi sebagai tenaga pendidik berinisial LNS, menyatakan bahwa setuju dengan program makan siang gratis tersebut. Ia berpendapat program ini sangat cocok untuk anak sekolah karena mendapatkan asupan gizi yang baik dari program makan siang gratis, sedangkan untuk ibu hamil agar mendapatkan gizi yang tercukupi dan mendapat vitamin asam folat. Opini lainnya dari narasumber 1, jika program ini sudah terlaksana dampak signifikan bagi anak sekolah ialah penerapan gizi yang merata khususnya anak sekolah yang kurang mampu. LNS berpendapat menu sehat yang cocok untuk program tersebut seperti di dalam sepiring makanan tersedia karbohidrat dalam bentuk nasi, protein dalam bentuk lauk pauk seperti ayam, mineral berupa sayuran dan susu untuk pelengkap.Berdasarkan anggapan narasumber, program ini tentunya memakan banyak anggaran dan sangat berdampak terhadap hutang negara dan kestabilan ekonomi di Indonesia, namun untukpenyetaraan dan kemakmuran masyarakat agar menciptakan generasi yang sehat dan produktif bagi negara boleh disesuaikan dengan anggaran pendapatan daerah.

Selain untuk memenuhi gizi, program ini mampu mencegah stunting dan menurut informan upaya
untuk pencegahan stunting selain dengan program makan siang gratis, yaitu dengan pemberian makanan yang bergizi seimbang, vitamin, dan olahraga yang cukup.

Selanjutnya dari narasumber 2 sebagai pelajar berinisial LDN, menyatakan bahwa setuju akan program ini, menurutnya program ini sangat membantu bagi anak sekolah kurang mampuyang mengharuskan mereka untuk bekerja keras mencari nafkah demi untuk bisa makan. Bagi anak sekolah tujuan dan kewajiban nya belajar, akan memiliki dampak yang kurang baik karena sangat mengganggu aktifitas serta fokus pada sekolah. Adapun terkait sasaran dari program ini menurut LDN, yaitu ibu hamil dan anak sekolah.

Narasumber juga mengatakan cara mengatasi stunting selain program makan siang gratis yaitu membuat program seperti imunisasi serta memberikan kecukupan gizi yang baik dari kecil, serta memberikan arahan bagi ibu hamil untuk lebih memperhatikan gizi sedari masa kandungan. Dalam makan siang gratis ini disajikan menu yang harus higienis serta membuat porsi makanan yang berisi protein hewani dan nabati, dan yang paling penting adalah susu yang berguna mengatasi stunting.

Anggaran yang akan dipakai tentu sangat banyak untuk program ini, oleh karena itu mengharuskan untuk eskpor yang banyak untuk membantu penambahan anggaran negara.

Dan yang terakhir, dari narasumber yang ketiga sebagai orangtua murid berinisial NEP, berpendapat bahwa kurang setuju dengan program ini karena kurang efektif, namun jika memang diperuntukkan untuk rakyat yang menengah ke bawah NEP sangat setuju, karena sangat membantu sekali bagi kebutuhan makan mereka, mereka bisa mendapatkan energi lebih untuk melakukan hal lain dan uang yang mereka kumpulkan bisa untuk kebutuhan pokok lainnya, sehingga sedikit membantu dalam mengurangi pengeluaran mereka.

Namun, yang masih informan khawatirkan adalah hal ini dapat membuat rakyat menjadi terlena atau bermalas-malasan dengan alasan seperti tidak kerja pun akan mendapatkan makan. Lalu untuk kebersihan makanan dalam membuat porsi yang banyak sangat dikhawatirkan tidak terjamin, sehingga harus dilakukan pemantauan dalam pembuatan makanan.

Menurut narasumber, sasaran dan program makan siang gratis lebih cocok untuk rakyat yang berada di ekonomi menengah ke bawah, karena program ini membantu rakyat dengan memberikan makan siang gratis dengan alasan meringankan pengeluaran untuk rakyat itu sendiri, sehingga bagi rakyat untuk ekonomi menengah ke atas akan merasa tidak terlalu berdampak atau bahkan tidak ingin diadakan itu, karena merasa itu tidak perlu atau makanan yang diberikan tidak cocok untuk mereka.

Berdasarkan anggapan NEP, dampak signifikan jika program ini terlaksana bagi anak sekolah yaitu tidak lagi jajan sembarangan diluar yang bisa memberikan pengaruh buruk bagi kesehatannya, sehingga anak sekolah bisa dapat lebih terjamin untuk makan siangnya dan membuat para orangtua merasa dirinya aman meninggalkan anaknya di sekolah, lalu pengeluaran untuk jajan akan berkurang dan bisa digunakan untuk keperluan lain seperti alat tulis, buku dan peralatan sekolah lainnya. Selain anak sekolah, NEP berpendapat yang cocok mendapatkan bantuan program tersebut adalah untuk rakyat yang memiliki ekonomi menengah ke bawah atau rakyat miskin, karena dengan adanya program ini mereka akan sangat terbantu dan bisa memikirkan pengeluarannya untuk keperluan selain makan, program ini juga cocok untuk lansia dikarenakan banyak lansia yang tinggal sendiri dan jauh dari anak cucunya, dan juga penerima yang cocok adalah ODGJ, pemerintah sudah seharusnya memperhatikan ODGJ diluar sana yang belum ternaungi apapun, sehingga dengan program ini sudah sedikit memberikan harapan kepada ODGJ untuk terpenuhi nutrisinya. Menu untuk program tersebut tentunya harus mengikuti rumus 4 sehat 5

sempurna, sehingga makan siang gratis ini harus memiliki porsi yang pas dan memiliki kelengkapan nutrisi pada menunya, seperti adanya makanan pokok, sayur, lauk pauk, buah dan susu, sehingga nutrisi pada makan dapat seimbang. Program makan siang tersebut menurut narasumber tentunya akan memakan banyak anggaran negara, dikarenakan jika ini diadakan setiap hari secara terus menerus tentu anggaran negara akan membludak jika tidak diiringi dengan pemasukan atau penghasilan negara.

Terlebih lagi untuk menyelenggarakan program ini pemerintah harus membagikan secara merata ke seluruh pulau agar tidak ada kecemburuan sosial, sedangkan indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dapat dibayangkan berapa pengeluarannya, sehingga menurut NEP pasti akan berdampak ke hutang negara jika negara tidak dapat mengatur keuangan untuk tetap balance. Terkait permasalahan anggaran adapun program ini sangat amat membantu untuk permasalahan stunting, dengan cara per 3 bulan sekali dapat mengadakan sosialisasi ke pos rw atau rt dalam mencegah stunting untuk rakyat dan memberikan beberapa bingkisan yang memberikan nutrisi dalam mencegah stunting itu sendiri.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang kami dapat setelah melakukan wawancara kepada narasumber, kami mendapatkan beberapa informasi dari hasil pertanyaan yang kami ajukan kepada para narasumber. Dari 3 narasumber, ada yang pro dan kontra terhadap program makan siang gratis ini.

Mereka yang mengatakan kontra bukan berarti tidak ingin memperbaiki gizi serta menurunkan angka stunting di Indonesia. Program makan siang gratis ini di Indonesia telah menjadi kontroversi, dengan beberapa pendukung dan kritik. Dari narasumber dengan profesi yang berbeda memiliki pandangan dan masing-masing memiliki opini yang berbeda.

2 dari 3 narasumber menyatakan setuju dengan program ini terutama sasaran utamanya adalah anak sekolah dan ibu hamil. Menurut penulis, alasan para narasumber setuju terhadap program tersebut dikarenakan program ini sangat membantu pemenuhan asupan gizi bagi anak sekolah dan ibu hamil terutama ditujukan kepada yang ekonominya menengah ke bawah.

Narasumber yang menyatakan kontra terhadap program ini, kenyataannya memiliki alasan yang mendukung pendapatnya, dikarenakan kurang efektifnya alur program makan siang gratis ini dan anggarannya belum jelas. Menurut penulis, pendapat yang diutarakan oleh narasumber tersebut bisa dipertimbangkan lagi untuk pemerintah tentang alur distribusi pangan program ini dan alur anggarannya, juga perlu adanya pemantauan dalam pembuatan dan kebersihan makanan.

Para narasumber juga memberi opini bahwa program ini memerlukan anggaran yang besar, dan akan membutuhkan pemasukan atau penghasilan negara yang besar untuk dapat diteruskan.Para narasumber juga mengatakan bahwa program ini akan memiliki dampak signifikan bagi kesehatan, dengan meningkatkan asupan gizi anak sekolah dan mencegah stunting. Menurut penulis, pencegahan stunting sangat di perlukan terutama di indonesia, yang dimana presentase angka stunting di Indonesia masih sangat tinggi yaitu sekitar 21% pada tahun 2023.

Ini sangat bertolak belakang pada ketentuan angka stunting menurut WHO yaitu harus di bawah 20%. Stunting juga menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual dan gangguan pertumbuhan otak pada anak, sehingga kita harus mencegah stunting pada usia dini. Salah satu pencegahan stunting adalah pemeberian asupan gizi serta nutrisi yang cukup. (Cintia Magdalena Nedeak, Mahasiswa Teknik Pertanian Universitas Jambi)