Penulis : Rizki Nur Nabilla Mahasisa STAINU Temanggung jurusan Tarbiyah Prodi PIAUD
Menulis adalah aktivitas yang penting bagi setiap orang. Dengan menulis seseorang bisa mengekspresikan diri mereka, mencatat hal-hal penting, dan berbagai manfaat lainnya. Tapi, perlukah anak-anak usia dini belajar menulis? Sejalan dengan surat edaran Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah nomor 1839/C.C2/TU/2009 tentang penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan penerimaan Siswa Baru Sekolah Dasar, Sebenarnya tidak diperbolehkan mengajarkan “Calistung” pada Anak Usia Dini. Selain itu, diatur juga oleh pemerintah melalui PP No. 17/2010 tentang pengelolaan Pendidikan Pasal 69 Ayat 5 menyebut penerimaan siswa baru kelas 1 SD tidak diajarkan pada hasil tes kemampuan “Calistung” atau bentuk tes lain.
Tetapi dengan demikian, sebagian besar lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia masih memberikan Calistung dalam proses pembelajarannya. Kenyataannya, sekolah yang mengajarkan calistung lebih banyak dicari daripada sekolah yang tidak mengajarkan. Hal tersebut juga di pengaruhi oleh orangtua yang menuntut anaknya begitu lulus Taman Kanak-Kanak (TK) sudah bisa “Calistung” (Membaca, Menulis dan Berhitung). Dengan adanya tuntutan orang tua tersebut, banyak lembaga pendidikan anak usia dini yang menerapkan calistung dalam pembelajarannya. Jika dilihat dari tahap perkembangan, seharusnya pelajaran calistung tidak diajarkan pada pendidikan anak usia dini. Jika Calistung diajarkan pada anak usia dini, anak di khawatirkan akan kehilangan periode emas. Masa bermainnya hilang, sehingga kehilangan gairah belajar. Sebenarnya ada enam aspek perkembangan anak menurut kemendikbud yang harus dikembangkan, yakni NAM (Nilai, Agama, Moral), fisik motoric, kognitif, bahasa, sosial emosional dan kemandirian,dan seni.kenyataannya seiap anak dilahirkan memiliki perkembangan dan kemampuan yang berbeda-beda. Jadi, jika tenaga pendidik anak usia dii hanya fokus untuk mengembangkan nilai akademik (Calistung), maka yang akan terjadi adalah ketidakseimbangan antara enam aspek perkembangan anak usia dini. Tenaga pendidik di lembaga Pendidikan anak usia dini diimbau agar tidak menuntut anak didiknya untuk mampu menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitumg. Ella Yulaelawati selaku Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PAUDNI-Dikmas Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa banyak PAUD yang menerapkan calistung karena tututan dari orangtua. Seharusnya para pendidik menyampaikan kepada orangtua bahwa anak usia dini tidak seharusnya dibebankan membaca, menulis dan berhitung. Membaca, menulis dan berhitung seharusnya dimulai pada jenjang SD. Dengan adanya hal tersebut, bagaimana pandangan anda mengenai calistung yang diterapkan pada Pendidikan anak usia dini? Sebagai pendidik harus memberikan pengertian kepada orangtua atau wali murid, bahwasannya calistung tidak boleh diajarkan pada Pendidikan Anak Usia Dini akan tetapi diajarkan pada jenjang SD. Sebenarnya Calistung bisa diajarkan pada Pendidikan Anak Usia Dini, akan tetapi tidak secara langsung yaitu belajar melalui bermain. Mungkin dengan belajar melalui bermain anak akan merasa lebih nyaman, karena pada dasarnya dunia anak itu dunia bermain.jadi belum waktunya pendidikan anak usia dini di ajarkan calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Lalu bagaimana cara belajar melalui bermain itu? Belajar melalui bermain bisa dilakukan dengan cara menghafal lagu yang brisikan nilai-nilai agama, menghafal bentuk geometris dengan menggunakan permainan balok.
Namun dengan demikian, bukan berarti calistung yang diajarkan pada pendidikan anak usia dini tidak selalu dianggap negative. Dibalik sisi negative selalu ada sisi positive nya, terbukti bahwa calistung yang diajarkan pada pendidikan anak usia dini bisa membantu anak untuk mempersiapkan anak masuk ke jenjang SD. Sebenarnya, semua tergantung pada anak didik masing-masing, karena penangkapan pemahaman anak itu berbeda-beda. Maka dengan itu, orang tua atau wali murid harus tau, bahwa pendidikan anak usia dini belum waktunya belajar calistung, apalagi dipaksa untuk bisa calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Tapi terkadang memang masih ada orang tua yang menuntut anak didiknya untuk bisa belajar calistung walau usianya belum masanya belajar calistung. Namun hal tersebut sebenarnya karena orang tua ingin anaknya menjadi anak yang pintar dan bisa mempersiapkan kala memasuki ke jenjang pendidikan SD. Namun kembali lagi pada hal di atas tadi, bahwasannya anak tidak bisa dipaksa untuk belajar calistung (membaca, menulis, dan berhitung) pada pendidikan anak usia dini, yang mungkin hasilnya belum tentu seperti apa yang kita ajarkan, mereka harus bisa menangkap dan paham dengan apa yang kita ajarkan oleh mereka karena penangkapan dan pemahaman anak itu berbeda-beda. Begitu juga karena dunia anak itu dunia beramain. Dengan adanya hal tesebut, semoga orang tua dan pendidik paham bagaimana calistung (membaca, menulis, dan berhitung) yang diajarkan pada pendidikan anak usia dini. Mereka harus tau apa sisi negative dari belajar calistung (membaca, menulis, dan berhitung) pada pendidikan anak usia dini.dan juga mengetahui apa sisi positive dari belajar calistung (membaca, menulis, dan brhitung) yang diajarkan pada pendidikan anak usia dini. Karena bahwasannya, Mendidik anak itu ibarat menanam pohon jika terlalu banyak diberi pupuk dan air maka tidak baik untuk pertumbuhan pohon tersebut, mengingat dunia anak adalah dunia bermain dan anak belajar melalui bermain. Bukan melalui pembelajaran paksaan, anak dipaksa untuk tamat PAUD harus bisa membaca menulis. Jadi semua tergantung para orang tua dan para pendidik, bagaimana cara mereka mendidik anak yang baik itu seperti apa. (*)