Sampah selama ini selalu menjadi problema di Indonesia. Dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun, penggunaan sampah pun tentu akan meningkat. Ditambah lagi dengan tingginya gaya hidup dan kurang pedulinya masyarakat terhadap masalah-masalah lingkungan. Jika ini terus kita biarkan, lama-kelamaan Indonesia akan menjadi “rumah†bagi sampah hasil buangan masyarakatnya sendiri. <p style="text-align: justify;">Sampah menurut definisi (WHO), adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Berdasarkan sifatnya, sampah terbagi dua, yaitu sampah organik dan non organik.</p> <ol> <li>Sampah organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. </li> <li>Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.</li> </ol> <p style="text-align: justify;"><br />Selama ini masyarakat selalu membuang sampah ke tempatnya saja lalu menyerahkan urusannya ke petugas kebersihan dan menganggap urusan selesai sampai disitu. Padahal dengan terus menggunungnya sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), seperti yang dapat kita lihat di beberapa TPA Kota Sintang, tentunya akan menyebabkan problem tersendiri, yakni problem kesehatan, pencemaran dan keindahan lingkungan.<br /><br />Kebiasaan buruk dalam menghambur-hamburkan sampah ini perlu kita perbaiki bersama. Banyak hal yang dapat kita lakukan, diantaranya yaitu dengan usaha mendaur ulang. Tanpa kita sadari sebenarnya daur ulang merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat. Selain kita dapat menyelamatkan bumi dan kehidupan umat manusia dari bahaya sampah, kita juga dapat menghasilkan pundi-pundi uang dari hasil usaha kita tersebut.<br /><br />Daur ulang dapat kita defenisikan (Wikipedia) sebagai proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang.<br /><br />Kini telah banyak orang yang mulai menggandrungi kegiatan daur ulang ini. Contohnya saja Pak Surani, warga Tipar, Cakung, Jakarta Timur. Dengan usaha dan ketekunannya dalam bereksperimen, berkreasi, dan berkreatifitas, Bapak yang telah sering menghiasi televisi ini dapat mengubah Styrofoam menjadi batako. Selain kuat, batako buatannya juga dipercaya dapat meredam suara dan getaran. Proses pembuatannya amat sederhana. Ia mencampur 50 persen styrofoam, 40 persen pasir, dan 10 persen semen. <br /><br />Kemudian dibentuk dengan menggunakan cetakan batako atau cetakan kayu. Mengenai ketahanannya tidak perlu diragukan lagi. Universitas Gajah Mada telah menguji kekuatan batako styrofoam. Hasilnya, bahan bangunan dari styrofoam ini ternyata tahan gempa. Kini Pak Surani telah mampu mendapat untung hingga jutaan rupiah dari usaha yang digelutinya tersebut.<br /><br />Sebenarnya banyak lagi barang-barang bekas lainnya yang dapat kita ubah menjadi barang baru yang bernilai ekonomis. Beberapa contoh barang yang kini sering didaur ulang yaitu:<br /><br /></p> <ol> <li>Sampah plastik. Sampah yang sukar diuraikan ini dapat diubah menjadi barang sandang seperti tas, dompet, dan gantungan sepatu. Plastik yang biasa digunakan yaitu plastik bekas bungkus dari serbuk jus atau kopi.</li> <li>Sampah kertas. Sampah organik ini merupakan salah satu barang yang sering dan mudah untuk di daur ulang. Dari sampah kertas, kita dapat menghasilkan barang-barang seperti amplop, lampion, paper bag, dll.</li> <li>Sampah daun atau ranting pohon. Sampah yang juga merupakan sampah organik dapat kita ubah menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos tersebut dapat kita gunakan untuk menyuburkan tanaman maupun lahan pertanian.</li> <li>Sampah tulang ikan. Limbah yang satu ini mungkin sering dibuang karena dianggap berbahaya jika dimakan. Padahal jika kita lebih teliti, tulang ikan memiliki tingkat kalsium yang tinggi, terutama tulang ikan tuna. Limbah tulang ikan ini dapat kita olah menjadi berbagai macam produk, seperti keripik. Dengan mengonsumsi keripik dari tulang ikan, tentunya dapat memenuhi kebutuhan kalsium dalam tubuh kita.</li> </ol> <p style="text-align: justify;"><br />Terbukti, dengan adanya kreativitas, kosistensi, dan kemauan yang kita miliki, kita dapat membantu Negara kita dalam mengatasi masalah sampah yang selama ini selalu sulit untuk dipecahkan. Dengan usaha kita mendaur ulang barang-barang bekas, selain kita menyelamatkan Indonesia dari bahaya sampah, kita juga dapat membantu perekonomian bangsa dengan usaha kita dalam menghasilkan barang-barang baru yang tentunya bernilai ekonomis. Maka dari itu, mari kita tingkatkan usaha daur ulang di Negara kita tercinta, demi keselamatan lingkungan dan perkembangan ekonomi di Indonesia. <strong>(phs)</strong></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p><em><strong>(Penulis adalah, Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia)</strong></em></p>