SINTANG, KN – Aliansi Masyarakat Bersatu Kabupaten Sintang mengungkapkan bahwa banyak permasalahan yang terjadi oleh HPI Grup di wilayah Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang.
Hal itu disampaikan oleh salah satu koordinator aliansi, Andreas saat mendatangi pabrik kelapa sawit Gelatik Mill milik PT KSA (HPI Grup) belum lama ini.
Ia menyoroti mulai dari permasalahan limbah pabrik, penghentian pemasangan kabel jaringan listrik dan juga terkait Jembatan Ketungau III.
“Terkait limbah, kami sudah meninjau ke lokasi. Pembuangannya tepat disamping Sungai Lintas Beguntang dan hasilnya kayu-kayu disekitarnya banyak yang mati,” kata Andreas.
Ia menyesalkan terkait dampak dari pembuangan limbah tersebut. Menurutnya perusahaan seperti tidak punya masalah membuang limbahnya dilokasi itu.
“Ayo bincang baik-baik, pertemuan baik-baik, kok disitu bisa dibuang limbahnya tetapi dikelola masyarakat tidak boleh. Itu yang harus dipertanyakan, kalau apa syaratnya dan seberapa lama urusannya kasi tau. Kita bisa memediasi masyarakat dengan perusahaan,” tuturnya.
Kemudian dia juga menyoroti terkait dengan penghentian pemasangan kabel jaringan listrik negara oleh pihak perusahaan.
“Kemarin saya dengar info bahwa perusahaan mengatakan masyarakat langsung menebang pohon sawit yang menghalangi kabel listrik tanpa ada pemberitahuan. Tetapi saat ini saya sudah mendengar informasi bahwa hal itu tidak benar, nyatanya masyarakat sudah berkali-kali menyurati perusahaan. Tetapi saat pemasangan kabel pihak perusahaan melarang untuk meneruskan,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan masalah ini cukup aneh. Jangankan membantu masyarakat untuk menuangkan CSR nya, tetapi pembangunan dari negara dihambat sendiri oleh perusahaan.
“Saya minta barang ini jangan lah berlarut-larut di HPI Grup Ketungau Hulu ini. Kami minta tolong kalau perusahaan tidak mampu membangun, jangan menghambat pembangunan kabel listrik dari negara karena alasan tidak mau menumbangkan pokok sawit,” ucapnya.
Tak hanya itu, Andreas juga menyoroti pembangunan Jembatan Ketungau III yang dibangun oleh PT DAP (HPI Grup) melalui CSR perusahaan.
Saat itu, kata Andreas disampaikan oleh pihak perusahaan bahwa jembatan ini merupakan penghubung 10 desa. Namun kenyataannya hanya menghubungkan 1 Desa dan 1 Dusun.
“Untuk saat ini hanya menghubungkan 1 Desa dan 1 Dusun. Tetapi kalau mereka membuka akses ke beberapa desa lainnya baru bisa dilewati oleh 10 desa bahkan orang dari badau bisa melewati jembatan ini,” pungkasnya.