Ratusan Hektare Persawahan Kutai Timur Telantar

×

Ratusan Hektare Persawahan Kutai Timur Telantar

Sebarkan artikel ini

Ratusan hektare lahan persawahan di Desa Suka Damai, Kecamatan Teluk Lingga, Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur terbengkalai karena tidak tersedianya jaringan irigasi. <p style="text-align: justify;">"Ada 300 lahan persawahan tidak bisa digarap petani, karena tidak ada airnya,"kata Camat Kecamatan Teluk Pandan, Syaifuddin, Sabtu (19/2). <br /><br />Menurut Syafuddin, selama ini petani menggarap sawah hanya mengandalkan air dari hujan, dan itu bisa dilakukan dua kali dalam setahun, tetapi saat musim panas, lahan warga kembali telantar. <br /><br />"Itu yang menjadi keluhan para petani, karena tidak memiliki irigasi, mengakibatkan hasil produksi padi petani masih jauh dri harapan," katanya. <br /><br />Beberapa waktu lalu, dilakukan percobaan mengembangkan padi sawah melalui sentuhan perpaduan teknologi dari Dinas Pertanian Provinsi Kaltim, bekerja sama dengan PT Pupuk Kalimantan Timur dan berhasil saat panen. <br /><br />Tetapi tidak ditindak lanjuti, dan hanya sekali saja, katanya. <br /><br />Camat berjanji akan mengusulkan pembangunan irigasi di Desa Suka Damai dan desa lainnya di Kecamatan Teluk pandan, sehingga target swasembada beras yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur tercapai. <br /><br />Bupati Kutai Timur Isran Noor, yang baru dilantik sebagai bupati definitif periode 2011-2016 sudah memerintahkan Camat Teluk Pandan untuk berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Kutai Timur untuk membuat perencanaan pembagunan irigasi <br /><br />"Saya sudah mendapat perintah pak bupati dan sudah ada komunikasi dengan Dinas Pekerjaan Umum agar dibuat perencanaannya," katanya. <br /><br />Dinas PU akan melakukan pengkajian mengenai pembangunan irigasi di Desa Suka Damai, apakah layak dibangun irigasi. <br /><br />Nurdin dan Baso dua petani Suka Damai menjelaskan, petani sering gagal panen, karena sawah kekeringan air. Kalaupun ada saat musim hujan, tetapi tidak bisa diprediksi <br /><br />"Saat musim kering tanaman kering dan saat musim hujan tanaman menjadi terendan air banjir, makanya lebih banyak gagalnya dari pada hasilnya," kata Nurdin <br /><br />"Kami sebagai petani tidak tidak mampu menggarap lahan persawahan kalau tidak ada airnya, sebab percuma kalau gagal terus. Biaya petani untuk menggarap lahan cukup tinggi," tambahnya. <strong>(das/ant)</strong></p>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.