Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kalimantan Barat Siti Fathonah menyatakan, program Keluarga Berencana di wilayah perbatasan menjadi tugas berat bagi pihaknya karena terkendala sarana infrastruktur. <p style="text-align: justify;">"Selain infrastruktur dan pendidikan, juga dipicu angka persalinan ibu di wilayah perbatasan yang hingga kini masih tinggi," kata Siti Fathonah di Pontianak, Sabtu (15/01/2011). <br /><br />Ia tidak ingin jika nantinya Kalbar masih memiliki angka kematian ibu yang cukup tinggi. <br /><br />Walaupun tidak memiliki data pasti mengenai angka kelahiran dan kematian ibu di perbatasan, kata Siti Fathonah, tetapi BKKBN terus memantau kondisi di sana. <br /><br />"Apalagi di sana sudah ada 15 kelurahan ditambah dengan kondisi infrastruktur yang masih belum menunjang," jelasnya. <br /><br />Jika melihat data capaian peserta KB tahun 2010, Kabupaten Kapuas Hulu memiliki angka tertinggi. Tetapi capaiannya dengan menggunakan metode kontrasepsi suntik dan pil. <br /><br />"Karena kita ketahui penggunaan dua metode itu berpengaruh pada hormon. Justru yang terbaik itu penggunaan kontrasepsi jangka panjang yang hormonal," ungkap Siti Fathonah. <br /><br />BKKBN Kalbar mencatat capaian peserta KB Baru metode kontrasepsi di seluruh kabupaten/kota hingga Desember 2010 sebanyak 163.179 peserta dari perkiraan permintaan masyarakat (PPM) KB sebanyak 137.362 peserta. <br /><br />Jumlah pengguna IUD 5.533 peserta, Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak 1.063 peserta, Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 121 peserta, kondom 24.016 peserta, implan sebanyak 8.145 peserta, suntik sebanyak 71.143 peserta dan pil 53.158 peserta. <strong>(phs/Ant)</strong></p>