Prihatin kenakalan Remaja

×

Prihatin kenakalan Remaja

Sebarkan artikel ini

Maraknya kenakalan remaja yang sebagian besar melibatkan para pelajar baik SMP hingga SMA/SMK menjadi keprihatinan bagi banyak pihak satu diantaranya Rostini Halgawalti SH MH pengusaha asal Sintang <p style="text-align: justify;">Menurutnya Untuk mengantisipasi kenakalan remaja dibutuhkan perhatian baik dari pendidik maupun masing-masing orang tua. Kalau si siswa ini masih di dalam jam sekolah tentulah menjadi tanggung jawab gurunya, sedangkan di luar sekolah tanggung jawab penuh diserahkan kepada masing-masing orangtuanya,” kata Rostini<br /><br />Dikatakan Rostini ini peringatan keras bagi para orang tua. Mereka harus benar-benar menyikapi secara serius gaya berpacaran anak-anak remajanya. gaya hidup baru para pelajar dalam berpacaran itu tidak serta-merta muncul begitu saja.<br /><br />Menurut dia, ada sebab akibat terkait perubahan perilaku remaja tersebut.Salah satunya pembiasaan anak-anak memperoleh informasi tentang perilaku gaya hidup secara bebas. Yaitu, melalui internet, televisi, radio, majalah, atau media handphone. Hal itu mengakibatkan perubahan perilaku remaja. <br />"Informasi gaya hidup bebas yang kerap dilihat, dibaca, dan didengar lambat laun akan biasa. Sehingga, remaja kini jadi minim budaya malu," ujarnya.<br /><br />Saat ini, lanjut Rostini, anak semakin mudah memperoleh informasi tentang gaya hidup modern yang mengarah pada gaya hidup ala Barat. Karena itu, jika budaya pembiaran perilaku tersebut (kebebasan mengakses informasi) terus berlanjut, secara otomatis budaya ketimuran juga akan luntur.<br /><br />Karena itu, kata Rostini, semua pihak harus bertanggung jawab untuk membuat regulasi yang bisa diterima anak-anak. Baik orang tua, pemerintah, dinas pendidikan, maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli dengan generasi muda. <br /><br />Kebebasan akses informasi hingga memengaruhi perilaku seksual pelajar itu, lanjut Rostini, juga terkait dengan pola pembelajaran baru yang diterapkan di sekolah. Jika sebelumnya anak diberi tahu informasi oleh guru, kini dengan pola pembelajaran baru, anak justru mencari tahu sendiri informasi tersebut. Akibatnya, ketika anak dilepas begitu saja tanpa dibekali pemahaman memperoleh informasi, yang terjadi adalah anak secara bebas mencari tahu informasi itu tanpa batasan. <br /><br />"Sekarang ini kan kurikulum baru, anak justru mencari tahu sendiri. Rasa ingin tahu itu yang membuat anak bebas mencari informasi dari berbagai media," tukasnya (*)</p>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.